Merdeka dari kuasa dosa (Galatia 5:1-15) – Minggu, 29 Juni 2025 (Stola Hijau)

Tujuan : Jemaat memahami arti merdeka dari kuasa dosa yang sesungguhnya dan menjalani hidup selayaknya orang yang telah dimerdekakan dari dosa.

Sebagai negara yang sudah merdeka selama 79 tahun (mendekati 80 tahun) dari penjajahan bangsa lain, tentu saja kita sangat menyadari bahwa kemerdekaan itu bisa kita rasakan karena ada yang memperjuangkan kemerdekaan itu. Ada jasa-jasa para Pahlawan yang telah mengorbankan nyawa, keringat, darah bahkan seluruh hidup mereka supaya warga Indonesia terbebas dari penindasan dan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa lain. karena itu sebagai wujud syukur kita pada perjuangan para pahlawan dan kemerdekaan yang boleh kita nikmati saat ini maka tidak heran jika tiap tahun kita merayakan kemerdekaan itu melalui upacara bendara dan berbagai kegiatan serta perlombaan.


Namun kita tidak boleh lupa bahwa sebagai WNI kita bukan hanya telah dimerdekakan dari para penjajah yang sudah memperbudak, menindas dan merampas kekayaan alam Indonesia melainkan yang tidak kalah penting ialah kita juga sudah dimerdekakan dari kuasa dosa melalui kematian Yesus Kristus di kayu salib. Lalu sebagai orang yang sudah dimerdekakan dari kuasa dosa, apa yang sudah kita lakukan?

Bacaan kita hari ini tentu masih sangat berkaitan dengan bacaan kita minggu lalu. Sebab dipasal 5:1-15 yang kita baca hari ini, Rasul Paulus kembali mengingatkan jemaat Galatia supaya tidak menjadikan hukum Taurat dalam hal ini sunat sebagai jalan untuk memperoleh keselamatan. Dan hal ini disampaikan oleh Rasul Paulus secara berulang-ulang di dalam suratnya kepada jemaat Galatia supaya jemaat di Galatia jangan mau diperhamba oleh hukum Taurat sebagaimana yang diajarkan oleh guru-guru palsu.

Pertanyaannya, mengapa guru-guru palsu menekankan keselamatan pada hukum Taurat? Karena pada dasarnya mereka menolak keselamatan di dalam Yesus Kristus. Mereka sama sekali tidak percaya bahwa pengorbanan Yesus di kayu salib dapat menyelamatkan mereka. Yang mereka pahami bahwa keselamatan itu dapat diperoleh melalui kemampuan kita dalam melakukan seluruh hukum Taurat secara sempurna. Dan ketika mereka melakukan hukum Taurat secara sempurna mereka bisa membanggakan diri mereka bahwa mereka selamat karana ada usaha yang mereka lakukan sendiri melalui hukum Taurat. Tapi jika dikatakan keselamatan karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus maka itu berarti tidak ada yang bisa mereka banggakan dari diri mereka sendiri. Sebab itu, mereka lebih memilih diperhamba oleh hukum Taurat ketimbang menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat mereka.

Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak orang lebih mementingkan ego dan lebih mengutamakan gengsinya dari pada percaya dan melakukan kebenaran. Mungkin karena takut direndahkan, tidak mau kehilangan popularitas, jabatan dan kedudukan sehingga lebih memilih untuk tidak percaya dan mempercayakan hidupnya kepada Yesus Kristus. Bahkan banyak orang kristen yang hanya beragama kristen saja tetapi dalam hidupnya mereka sesungguhnya tidak mempercayakan hidupnya kepada Kristus sebaliknya kita lebih mempercayakan hidupnya pada uang, jabatan maupun popularitas. Itulah mengapa dalam bacaan kita hari ini, Paulus menekankan bahwa kita ini sudah dimerdekakan dari kuasa dosa. Dimerdekakan dari kuasa dosa berarti seseorang tidak lagi dikuasai oleh apapun dan siapapun kecuali Kristus yang adalah pemilik hidup kita.

Kemerdekaan dan kebebasan yang kita peroleh di dalam Kristus terjadi karena Dia telah mengorbankan diri-Nya di kayu salib untuk membayar lunas hutang dosa kita sekali untuk selamanya. Itulah mengapa kematian Kristus membuat kita merdeka dari dosa. Namun bukan itu saja, orang kristen bukan hanya dimerdekakan (dibebaskan) dari dosa, tetapi kita juga dimerdekakan dari pandangan yang keliru terhadap peraturan keagamaan, yakni pemahaman yg menganggap aturan keagamaan sebagai salah satu jaminan untuk memperoleh keselamatan (banyak yang menyangka menjalankan aturan agama adalah syarat memperoleh keselamatan). Namun kematian Kristus telah membebaskan kita dari pemahaman tersebut. Sebab ternyata kita dimerdekakan dari dosa semata-mata karena anugerah.

Namun sangat disayangkan, bahwa ternyata banyak orang termasuk orang Kristen yang seringkali menyalahgunakan kemerdekaan yang telah dianugerahkan oleh Yesus melalui kematianNya. Banyak orang Kristen salah memahami dan salah memaknai kemerdekaan yang sejati. Seakan-akan merdeka dan bebas dari dosa berarti bebas untuk berbuat dosa. Dan karena aturan agama bukanlah syarat untuk memperoleh keselamatan sehingga seenaknya dapat dilanggar dan diabaikan.

Di sinilah letak kekeliruan kita pada kemerdekaan/kebebasan. Karena pemahaman yang keliru inilah, tidak heran walaupun kita telah dimerdekakan dari dosa kita masih kompromi dengan dosa. Dan setelah sekian lama Indonesia merdeka banyak orang yang belum benar-benar merasa merdeka. Sebab ternyata ada begitu banyak orang yang menyalahkan gunakan arti kemerdekaan yang sesungguhnya dengan melakukan korupsi, berselisih, egois, dengki dan sebagainya.

Kemerdekaan itu dianugerahkan Tuhan bukan untuk dipakai sebagai kesempatan untuk hidup sebebas-bebasnya dalam dosa atau kesempatan untuk sebebas-bebasnya memuaskan semua keinginan kita dengan menghalalkan cara apapun. Harusnya kemerdekaan dalam Yesus Kristus dinyatakan melalui kasih yang diungkapkan dalam tindakan yang penuh kebaikan untuk kesejahteraan orang lain dan berdampak pada kehidupan saling melayani.

Kemerdekaan dalam Kristus harusnya dinikmati selayaknya orang-orang yang benar-benar sudah dimerdekakan. Tidak lagi diperbudak oleh dosa, kebutuhan, jabatan, materi. Demikian Firman Tuhan. Amin!