Bukti hidup ber-Iman adalah saling mengasihi (Yohanes 13 : 31 – 35)

Minggu, 18 Mei 2025 (Stola putih )

Tujuan : Agar jemaat menyaksikan hidup yang saling mengasihi sebagai bukti nyata dirinya murid atau pengikut Kristus.

Kita bersama mengetahui bahwa Kasih adalah hal yang memang tidak ada habisnya untuk dibahas dan didiskusikan. Sepanjang masa atau dari masa ke masa, kasih selalu menjadi topik yang disukai dan menarik untuk diperbincangkan. Dan lebih dari pada itu, dalam kenyataanya kasih pun telah banyak menginspirasi manusia untuk menggubah lagu, mengarang puisi dan goresan cerita yang dijadikan skenario film atau pun sinetron. Tapi ironisnya kita manusia justru banyak kali gagal mewujudkan atau mempraktekkan hidup saling mengasihi baik dalam keluarga, masyarakat termasuk gereja/persekutuan. Mengapa demikian?, sebab kasih kita manusia memang sangat terbatas, dapat memudar, menjadi dingin, atau kian menipis dari hari ke hari. Dalam kenyataannya kasih kita seringkali tidak tulus dan murni.

Dan hal itu juga nampak dalam kehidupan murid-murid Tuhan Yesus. Dimana kasih para murid kepada Yesus Guru mereka tidak sepenuh hati, terbukti ketika Yesus menyampaikan bahwa Dia akan mengalami penderitaan dan akhirnya mati disalib, para murid justru sibuk bertengkar siapa yang akan menjadi terbesar diantara mereka. Yakobus dan Yohanes malah meminta kedudukan di sebelah kanan dan kiri, (Matius 20: 20-21). Menjelang Yesus akan ditangkap dan disalibkan, Yudas Iskariot malah mengikuti dorongan iblis untuk mengkhianati-Nya, demi keuntungan materi. Sementara Petrus sendiri, walau mati-matian mengatakan akan setia membela Yesus tapi pada akhirnya meyangkali Yesus untuk menyelamatkan diri dari bahaya.

Nah bertolak dari situasi dan kenyataan inilah, maka Yesus memandang perlu untuk mengajar para murid-Nya tentang hal yang amat penting dan mendasar yaitu hidup saling mengasihi. Apalagi mengingat masa pelayanan Yesus di dunia akan segera berakhir. Pesan dan perintah untuk saling mengasihi, inilah yang akan menjadi identitas sekaligus ciri khas mereka sebagai murid-murid Yesus Kristus. Supaya orang lain yang melihatnya perbuatan kasih mereka, percaya bahwa mereka benar-benar adalah murid-murid-Nya.

Namun hal yang menarik ialah Yesus mengatakan Dia memberikan perintah baru kepada para murid-Nya yaitu saling mengasihi? Tapi mungkin ada yang bertanya apanya yang baru dari perintah tersebut? Bukankah sejak jaman Perjanjian Lama, dalam Hukum Taurat, (Imamat 19:18) bangsa Israel sudah diperintahkan untuk saling mengasihi. Malah ringkasan dari Hukum Taurat itu dituangkan melalui Sepuluh Perintah Tuhan yang lebih kita kenal dengan istilah 10 Hukum Tuhan atau Dasa Titah. Sepuluh Perintah Tuhan (10 Hukum Tuhan) yang diberikan melalui perantaraan Musa pada dua loh batu di atas gunung Sinai dalam perjalanan umat Israel ke luar dari tanah Mesir menuju tanah Kanaan (tanah Perjanjian). Kemudian Oleh Tuhan Yesus sendiri di dalam Perjajian Baru menyimpulkan 10 Hukum Tuhan tersebut dengan satu hukum saja, yakni Hukum Kasih, yakni “Mengasihi Tuhan Allah dan mengasihi sesama seperti diri sendiri.” , (Matius 22: 37- 40).

Jikalalu perintah mengasihi telah lama ada, termuat dalam Perjajian Lama? Lalu di mana letak barunya?, sebagaimana yang dinyatakan Yesus bahwa Dia memberi perintah baru? Ya sepintas mungkin sepertinya tidak ada yang baru. Tapi jika kita Simak dan teliti apa yang dimaksudkan oleh Yesus perintah baru, sebenarnya ialah bahwa dalam Hukum Kasih sebelumnya tolok ukurnya adalah diri sendiri (mengasihi sesama seperti diri sendiri), sedangkan tolok ukur perintah baru adalah Yesus Kristus (Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.). Dengan demikian para murid dan kita pengikut Kristus dimasa kini diberi perintah untuk mengasihi sesama manusia bukan lagi dengan tolok ukr mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri melainkan seperti Kristus yang telah menyatakan kasih-Nya kepada kita dengan menyerahkan nyawa-Nya bagi kita.

Dengan kata lain letak baru atau versi baru dari perintah saling mengasihi yang dikatakan Yesus sebagai perintah baru adalah mempraktekkan kasih dengan standar kasih Allah, bukan standar kasih kita manusia, (mengasihi sesama seperti diri sendiri). Kasih yang melampaui standar umum dunia di sini adalah seperti kasih yang telah ditunjukkan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya: “sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (ayat 34b). Jadi, standar atau pola yang harus diikuti dalam hal mengasihi di sini adalah Yesus sendiri, yakni dengan memberikan teladan pelayanan yang penuh kerendahan hati. Kemudian puncak dari kasih Yesus adalah pengorbanan-Nya untuk sahabat-sahabat-Nya. “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes15:13). Dalam hal ini Yesus menjadi contoh, menjadi model, menjadi teladan ukuran kasih yang total dan sempurna. Kasih Yesus adalah kasih yang memberi diri segalanya dan seutuhnya. Kasih yang memberi tanpa perhitungan, kasih yang penuh pengorbanan tanpa batas. Bahkan, kasih yang dinyatakan oleh Yesus berlaku untuk murid yang telah mengkhianati atau menyangkal-Nya. Bagi orang yang telah meyiksa dan menyalibkan-Nya, “Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.” (Lukas 23:34) itulah perintah baru untuk saling mengasihi. Dengan kasih seperti ini, dunia akan tahu bahwa mereka adalah murid-murid Yesus (ay. 35),

Itu berarti seorang murid Yesus atau pengikut Kristus dikenal dari tindakan mengasihi. Wujud dari iman Kristen seharusnya tergambar dan dibuktikan dalam perbuatan mengasihi sesama. Sebab apa gunanya jika seorang mengaku sebagai orang Kristen namum perbuatanya sehari-hari tidak justru tidak memperlihatkan kasih melainkan perbuatan yang bertolak belakang dari kasih, misalnya mementingkan diri sendiri (egois), sombong, tidak mau memaafkan, dll. Kehidupan seperti itulah yang dikatakan dalam kitab Yakobus dengan pernyataan iman tanpa perbuatan adalah iman yang mati atau iman yang kosong (Yakobus 2 : 17, 20).

Dengan begitu kita dapat simpulkan bahwa kita yang beriman pada karya pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib sebagai wujud kasih Allah yang sempurna, sesungguhnya akan diberi kemampuan untuk mengasihi sesama dengan kasih sempurna dari surga. Dan itulah bukti nyata sekaligus kesaksian bahwa kita orang beriman, kita adalah murid Yesus di masa sekarang ini. Kiranya Tuhan menolong dan memampukan kita semua mewujudkan perintah baru untuk saling mengasihi, sebagai bukti nyata kita adalah pengikut Kristus, Amin.