Pemerintah Sebagai Alat Damai Sejahtera

Rabu, 17 Agustus 2022 (HUT Kemerdekaan RI) Stola Hijau

Bacaan Alkitab : Roma 13:1-7

Tujuan : Jemaat diajak untuk mendoakan dan menghormati pemerintah sebagai alat damai sejahtera.

Pada hari ini kita merayakan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-77. Yang mana oleh pertolongan Tuhan, kita telah dibebaskan dari penjajahan bangsa asing, sehingga kini kita dapat menjadi bangsa yang merdeka. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural. Suku, agama, adat istiadat, bahasa, dan pandangan politik tidak ada yang tunggal. Atas dasar keberagaman itulah bangsa ini didirikan, sehingga kita mengenal semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Namun dalam perkembangannya sampai saat ini, kita sering mendengar, melihat, menyaksikan keberagaman itu dicoreng oleh sikap rakyat Indonesia sendiri yang tidak mau menghargainya. Perselisihan, konflik, bahkan kekerasan hanya karena golongan yang satu berbeda dengan golongan yang lain, sering terjadi dan pada beberapa kasus sulit untuk dipadamkan atau diselesaikan.

Allah lah yang memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia yang berazaskan Pancasila dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Itu sebabnya orang-orang percaya bertanggung jawab untuk mendoa- kan dan mendukung pemerintah dalam memperjuangkan keadilan, kasih, damai dan kesejahteraan melalui pem- bangunan nasional sebagai pengamalan pancasila. Orang percaya juga turut menegakkan dan memelihara kebenar- an, demikian juga turut menikmati hasil pembangunan nasional sebab pemerintah adalah mitra kerja gereja untuk membangun bangsa dan negara Indonesia. Selain mendoakan, gereja juga bertanggungjawab untuk menyuarakan suara kenabian kepada pemerintah agar tetap berjalan di dalam kebenaran dan keadilan.

Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat (Roma 13:4) Rasul Paulus menasehati jemaat Kristen di Roma untuk mentaati pemerintah. Ada dua alasan yang dijadikan Rasul Paulus sebagai dasar. Pertama; dasar teologis: “Pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu” (ay. 4). Kedua; alasan penegakkan hukum: “Pemerintah menyatakan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat” (ay.4).

Dalam praktek kehidupan bersama dalam negara, nasehat rasul Paulus ini sangat sering dibelokkan. Kita sering mendengar pejabat-pejabat negara menggantikan kata hamba Allah dengan wakil Allah. Hal itu tidak benar. Pemerintah bukanlah wakil Allah. Dia adalah hamba Allah yang patut tunduk pada hukum dan kehendak Allah. Kalau kita membaca sejarah raja-raja dalam PL, nampak dengan jelas kedaulatan Allah atas pemerintah dan raja-raja. Kalau raja-raja tidak lagi tunduk pada ketentuan Allah, seperti melakukan ketidak adilan, membiarkan terjadi penyembahan berhala dan berbagai bentuk kejahatan, maka raja-raja itu dihukum oleh Allah. Seringkali kesalahan bersama rakyat dihubungkan dengan kesalahan kebijakan dari raja. Perhatikan ayat 5 “Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita”. Rasul Paulus sekali lagi
menekankan pentingnya jemaat di Roma takluk kepada pemerintah. Kali ini Rasul Paulus mengatakan bahwa mereka bukan hanya “harus” takluk, melainkan “perlu” takluk. Artinya, mereka harus takluk bukan hanya karena kewajiban, melainkan juga karena kebutuhan. Mereka menaklukkan diri bukan hanya karena takut akan murka Allah yang tidak suka mereka melawan ketetapan-Nya, melainkan juga karena kesadaran mereka, karena dorongan batin. Suara hati mereka mengatakan bahwa Allah-lah yang telah menetapkan penguasa-penguasa itu sebagai pelayan-pelayanNya; para pejabat itu menjalan- kan tugas Tuhan untuk mencapai kebaikan bagi umat- Nya, kendati ada kalanya dengan cara yang tampaknya berlawanan. Oleh karena itu, mereka harus takluk kepada pemerintah, sebagai wujud ketaatan mereka kepada hukum Tuhan.
Makna takut disini bukan sekedar takut, tetapi mengandung makna hormat dan kagum. Dalam Perjanjian Baru pun kata takut lazimnya juga ditujukan untuk Tuhan. Mungkin di sini Rasul Paulus bermaksud menunjukkan perbedaan tingkat makna takut dan hormat dan sekaligus mau menekankan bahwa rasa takut patut ditujukan kepada Tuhan dan rasa hormat kepada pemerintah.

Pada masa kini, pembelokan lain yang sering nampak dalam praktek kehidupan bermasyarakat adalah, para pejabat mengaku diri sebagai wakil-wakil Allah, tetapi tak dapat dipungkiri, mereka masih melakukan korupsi dan berbagai bentuk pembohongan kepada rakyat. Di mulut penuh dengan ayat-ayat suci, tetapi perilaku hidup sangat jauh dari kesucian. Menurut Rasul Paulus keberadaan pemerintah sebagai hamba Allah nampak dalam dua hal: pertama; pemerintah ditetapkan Allah untuk mengerjakan kebaikan bagi rakyat. Kedua; pemerintah bertugas atas nama Allah untuk menekan angka kejahatan dan menghukum orang-orang jahat. Warga Negara, terutama orang-orang percaya wajib memberi hormat kepada pemerintah kalau dua tugas ini dikerjakan dengan baik.

Sikap orang-orang Kristen dalam negara yang pemerintahnya tidak mengerjakan kebaikan bagi warga nya, aparat pemerintahnya terlibat korupsi dan melakukan kejahatan-kejahatan ada dua yakni: mendoa- kan pejabat-pejabatnya untuk bertobat dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk memperbaiki keburukan yang ada. Pemerintah yang berkuasa dapat kita pandang sebagai ditetapkan oleh Allah sejauh ia ada untuk kebaikan, melawan kejahatan, dan menegakkan keadilan dan kebenaran, serta berusaha selalu membuat hidup bawahannya mengalami damai sejahtera. Dia hanyalah alat di tangan Allah untuk membagikan kebaikan-Nya.

Bacaan kitab suci hari ini menyatakan bahwa Tuhan yang menghendaki adanya ketertiban dan menyuruh seluruh umat-Nya untuk menghormati etika, peraturan, dan hukum dalam hal membayar pajak dan menghormati mereka yang berkuasa. Bukan saja umat Kristen harus menghormati para pemimpin gereja karena mereka adalah pemimpin kerohanian, umat Kristen juga harus menghormati orang lain diluar gereja karena semua pemimpin negara yang adalah hamba Tuhan dan ditetapkan Tuhan untuk mengatur masyarakat. Sebagai orang Kristen, kita adalah terang dunia. Kita harus bisa memberi contoh yang nyata bagaimana kita menghormati mereka yang berwenang. Kita yang takut akan Tuhan mempunyai kewajiban untuk mengajarkan tata tertib dan sopan santun kepada anak-cucu kita. Kiranya Tuhan menolong kita. Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *