Pemahaman Bersama Iman Kristen


Pemahaman Bersama Iman Kristen
(PBIK)

DASAR PEMIKIRAN

Berkat kuasa Roh Kudus yang telah melahirkan DGI menjelang hari Pentakosta tanggal 25 Mei 1950 di Jakarta, yang pada Sidang Raya X DGI/PGI di Ambon tahun 1984, menjadi PGI maka kami Gereja-gereja Anggota PGI telah bersepakat dan bertekad untuk mewujudkan tugas dan panggilan kami sebagai gereja-gereja Tuhan di Indonesia, dalam suasana dan semangat persekutuan, dan bukan secara sendiri-sendiri atau terpisah-pisah.

Kami telah memasuki sejarah bersama dan berada di atas jalan bersama sebagai gereja yang Esa di Indonesia, yang sedang tumbuh menuju kesempurnaan sebagai gereja Tuhan yang Esa di segala tempat dan di sepanjang zaman.

Kami  mengikrarkan  Pengakuan  Iman  Rasuli  dan  Pengakuan

Iman Nicea Konstantinopel yang telah lahir dari pergumulan iman pada zaman gereja purba, sebagai kesaksian yang benar dan penuh berdasarkan Alkitab mengenai iman Kristen dan sebagai lambang keesaan Gereja Tuhan di segala tempat dan di sepanjang zaman.

Kami mengakui Pengakuan Iman yang telah lahir dalam rangka sejarah gerakan pembaruan gereja (Reformasi) sebagai bagian dariwarisan gereja yang memperkaya iman kami.

Kami memahami bahwa pelbagai Pengakuan Iman sebagai hasil pergumulan gereja-gereja anggota PGI di masa lampau, kini dan di masa mendatang, dalam rangka menyatakan imannya, adalah bagian dari kesaksian kami bersama yang didasarkan pada Alkitab.

Demi  pelaksanaan  tugas  panggilan  bersama,  dengan  melihat

Indonesia dengan segala kemajemukannya sebagai satu wilayah kesaksian dan pelayanan kami bersama, maka pada Sidang Raya XIV di Wisma Kinasih, Caringin, Bogor, 29 November– 5 Desember 2004 kami sepakat untuk meningkatkan dan mengembangkan PEMAHAMAN BERSAMA IMAN KRISTEN DI INDONESIA yang ditetapkan oleh Sidang Raya X DGI/PGI tahun 1984 di Ambon. Pengembangan dan peningkatan ini dimaksudkan untuk lebih mencerminkan  lagi  pergumulan-pergumulan  kami  dalam menghayati iman Kristen di tengah-tengah masyarakat dan bangsa Indonesia.

Pemahaman Bersama Iman Kristen ini dimaksudkan sebagai langkah pendahuluan bagi Pengakuan Iman Bersama dan sebagai landasan dan sumber motivasi teologi bagi kami bersama untuk melanjutkan perjalanan kami sebagai gereja. Pokok-pokok Pemahaman Bersama Iman Kristen di Indonesia sebagai berikut:

BAB I

TUHAN ALLAH

Kami percaya bahwa:

1.   Sesungguhnya ”Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa” (Ul. 6:4). Ti- dak ada Allah selain Dia (Kel. 20:3; Ul. 5:7). Dialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi serta seluruh isinya, dan yang tetap  memeliharanya  hingga  kesudahan  alam  (Kej.  1:2;  Mzm.24:1-2; 89:12; 104:1 dst.; Kol. 1:16). Allah  menyatakan  diri  dalam  karya  penciptaan-Nya  dan dalam sejarah umat manusia (Mzm. 19:2-3; Rm. 1:19-20) dan secara  khusus  dan  sempurna  dalam  Yesus  Kristus  Anak-Nya yang Tunggal (Yoh. 1:18). Oleh pimpinan Roh Kudus kami mengenal   dan   menyembah   Dia   sebagai   Bapa   dalam   Yesus Kristus, sebab semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah adalah anak-anak Allah (Rm. 8:14-15).

2.   Allah   berbicara   kepada   manusia,   berulang   kali   dan   dalam pelbagai  cara dengan  perantaraan  nabi-nabi,  dan  pada zaman akhir ini dengan perantaraan Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal (Ibr. 1:1-2). Dalam Yesus Kristus Allah menyatakan diri sebagai Allah yang mengampuni dan menyelamatkan manusia dari penghukuman karena     dosa, yaitu dengan jalan mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ’Yesus Kristus adalah Tuhan’ bagi kemuliaan Allah, Bapa” (Flp. 2:7-11).

3.   Allah hadir dan bekerja di dalam dunia dan dalam gereja melalui Roh Kudus yang memerdekakan manusia dari hukum dosa dan hukum  maut  (Rm.  8:2;  2  Kor.  3:17).  Roh  Kudus  itu menghidupkan, membarui, membangun, mempersatukan, menguatkan,  menertibkan,   dan  meneguhkan  serta   memberi kuasa pada gereja untuk menjadi saksi, menginsyafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman, dan memimpin orang- orang percaya kepada seluruh kebenaran Allah (Yeh. 37; Kis. 1:8; Ef. 3:16-17; 4:3-4; Rm. 8:1; 1 Kor. 12:7, 12; 14:26, 33; 2 Tim. 1:7; Yoh. 16:8-11, 13). Karena  itu  kami  mengaku  dan  memuliakan  serta menyaksikan Allah yang Maha Esa dan kekal, yaitu Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus (Yes. 43:10; 44:6; Mat. 28:19; 2 Kor. 13:13; Flp. 4:20; Ibr. 13:8; Why. 4:8).

BAB II

PENCIPTAAN DAN PEMELIHARAAN

Kami percaya bahwa:

4.   Alam semesta, langit, dan bumi serta segenap isinya, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, adalah milik dan ciptaan Allah (Kej. 1-2; Mzm. 24:1-2; 89:12; Yes. 44:24; Yer. 27:5; Kol.1:16). Segenap ciptaan itu sungguh amat baik (Kej. 1-31), namun semua yang telah diciptakan Allah itu tidak boleh diperilah dan disembah (Kel. 20:3-5; Rm. 1:18-25).

5.   Seluruh ciptaan itu ditempatkan Allah dalam keselarasan yang saling menghidupkan, sejalan dengan kasih karunia pemeliharaan-Nya  atas  ciptaan-Nya  (Kej.  1:20-30;  2:15;  19; Mzm. 104:10-18; Yes. 45:7-8). Allah tidak menginginkan ciptaan-Nya kacau dan saling menghancurkan (Kej. 21-22; 9:8-17), kendatipun dosa telah membawa  segenap  makhluk  kepada  kesia-siaan  dan membuatnya turut mengerang dan mengeluh menantikan saat penyelamatan  (Rm. 8:20-22). Allah telah memberikan mandat khusus kepada manusia untuk turut dalam memelihara dan penguasaan seluruh ciptaan-Nya (Kej. 1:26-28; 2:15). Manusia harus bertanggungjawab dalam memelihara dan mengusaha-kan kelestarian alam ciptaan Allah itu. Perusakan terhadap ciptaan Allah, terhadap alam dan lingkungan sekitar, pada dasarnya adalah perlawanan terhadap Allah yang telah menjadikan segala sesuatu dan yang senantiasa memelihara-nya dalam kasih dan kesetiaan.

6. Dari permulaan hingga akhir, Tuhan Allah memerintah, memelihara dan menuntun segenap ciptaan-Nya dengan kasih setia dan adil (Mzm. 145:9; 146:6). Dan dengan terus-menerus menentang segala kuasa yang hendak merusakkan ciptaan-Nya. Ia menuntun seluruh ciptaan-Nya menuju kesempurnaan di dalam langit baru dan bumi baru (Yes. 1:10; 51:9-11; 2 Ptr. 3:13; Why. 21:1-5), yang di dalamnya segala ciptaan yang ada di atas dan  yang  ada  di  bawah  bumi  bertekuk  lutut  dan  mengaku: ”Yesus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa” (Flp. 2:10)

BAB III MANUSIA

Kami percaya bahwa:

7.   Manusia diciptakan Allah menurut gambar/citra-Nya (Kej. 1:26-27). Manusia diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan dengan martabat yang sama (Kej. 1:27), dan dikaruniai tugas mandat untuk beranak cucu dan memenuhi bumi serta untuk menguasai, mengusahakan,  dan  memelihara  seluruh  ciptaan  Allah  (Kej.1:26-28; 2:15). Untuk dapat melaksanakan tugas dan mandat itu, Allah  memperlengkapi  manusia  dengan  akal  budi  dan  hikmat serta memahkotainya dengan kemuliaan, hormat, dan kuasa (Mzm. 8:6-7). Manusia diciptakan dalam kesatuan tubuh, jiwa dan roh, sehingga Ia dipanggil untuk memelihara kehidupan secara utuh jasmani dan rohani dalam rangka pemenuhan tanggung jawabnya kepada Allah (Kej. 2:7; 1 Kor. 3:16; 6:17-20; 1 Tes. 5:23; Yak. 2:26). Manusia diciptakan dalam kebebasan, dan dalam kebebasannya itu ia bertanggung jawab kepada Allah (Kej. 2:16-17). Ia juga diciptakan sebagai makhluk yang hidup dalam persekutuan dan wajib mengatur kehidupan bersamanya dalam keluarga dan masyarakat, yang dapat membawa kebaikan bagi semua orang (Kej. 2:18). Dengan demikian, manusia mempunyai  martabat  kemanusiaan,  yaitu  hak-hak  dan kewajiban-kewajiban asasi yang tidak boleh diambil oleh siapa pun dan oleh kuasa apa pun.

8.   Manusia telah menyalahgunakan kebebasannya dengan menolak untuk menerima kedudukannya sebagai ciptaan dan ingin menjadi seperti dengan Allah (Kej. 3:5-6, 22). Ia terbujuk oleh iblis dan memberontak melawan Allah (Kej. 3:1-7; 11:1-9), dengan demikian, ia terasing dari Allah, dan serentak dengan itu, ia terasing dari sesamanya, dan dari alam lingkungan hidupnya serta hidup bersusah payah dan menderita (Kej. 3:17-19; 24). Ia dikuasai oleh iblis, dan menjadi hamba dosa (Rm. 6:17-20) dan sebagai upahnya ia menerima maut dan kebinasaan (Rm. 6:23). Ia tidak dapat melepaskan dirinya dari perbudakan dosa dan kebinasaan karena perbuatannya sendiri. ”Tidak ada yang benar, seorang pun tidak” (Rm. 3:10). Sebagai akibatnya, manusia tidak mampu melaksana-kan tugas dan mandatnya seperti yang dikehendaki Allah; sebaliknya, ia   memutarbalikkan   segala sesuatu dan berusaha menempatkan dirinya pada kedudukan sebagai Allah (Kej. 11:1-9). Segala kecenderungan hati manusia ”membuahkan  kejahatan  semata-mata”  (Kej.  6:5).  Hidup manusia menjadi tidak berpeng-harapan. Manusia adalah debu dan akan kembali kepada debu (Kej. 3:19b; Pkh. 3:19-21). Kejatuhan manusia ke dalam dosa ini telah menyeret seluruh ciptaan  ke  dalam  kebinasaan,  dan  kehidupan  di  atas  bumi menjadi rusak.

9.   Allah tetap mengasihi manusia yang telah Ia ciptakan menurut gambar-Nya. Ia tidak menghendaki kebinasaan manusia, melainkan  keselamatannya  (Yoh.  3:16;  bnd.  Kej.  6:8).  Oleh karena itu Allah senantiasa memelihara manusia dari sejak semula, juga ketika manusia telah jatuh ke dalam dosa dan memberontak terhadap-Nya (Kej. 3:21; 4:15; 6:8, 13 dst.; Mat.20:1-16). Kasih Allah yang agung yang menyelamatkan manusia dari  kuasa  dosa  dan  kebinasaan  dan  pemulihannya  ke  dalam hubungan yang benar dengan Allah, menjadi nyata dengan sempurna dalam Yesus Kristus (Yoh. 3:16; Rm. 3:22-26; 5:15, 17,21).

BAB IV PENYELAMATAN

Kami percaya bahwa:

10. Allah tetap mengasihi manusia, walaupun manusia telah jatuh ke dalam  dosa,  dan  bumi  menjadi  rusak  dan  penuh  kekerasan. Untuk  dunia  yang  demikian  Allah  mengaruniakan  Anak-Nya yang  Tunggal,  Yesus  Kristus,  dan  di  dalam  Dia  Allah menyediakan keselamatan bagi orang yang percaya (Yoh. 3:16; Kis. 16:31). Hanya pada-Nya manusia akan beroleh keselamatan yang kekal (Kis. 4:12; Yoh. 14:6), yang dicari-cari oleh umat manusia di sepanjang zaman dan dengan pelbagai cara. Keselamatan itu telah mencapai manusia karena Yesus Kristus ”yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan- Nya dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan mengosongkan diri-Nya sendiri, dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Flp. 2:6-8), dan ”Allah telah membangkitkan-Nya dari antara orang mati sebagai buah sulung bagi segenap orang percaya” (Kor. 15:20-23).

11. Dalam Kristus yang mati karena pelanggaran manusia, dan yang dibangkitkan demi pembenaran manusia (Rm. 4:25), Allah mewujudkan rencana penyelamatan-Nya atas manusia. Dalam Kristus Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya (Kor. 5:18-19;  Kol.  1:20).  Dalam  Kristus  manusia  memperoleh pengampunan  dari  Allah  dan  diselamatkan  dari  kebinasaan. Orang-orang yang percaya dan dibaptiskan dalam nama Yesus Kristus dibaptiskan dalam kematian-Nya dan dibangkitkan bersama Dia ke dalam kehidupan yang baru (Rm. 6:4; Kol. 3:9-10). Sebagai manusia baru, orang percaya tidak berduka cita dalam menghadapi maut, seperti orang lain yang tidak mempu- nyai pengharapan (1 Tes. 4:13). Karena manusia baru yang mati dalam Kristus, akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus (1 Kor. 15:22).

12. Di dalam Kristus Allah mulai mewujudkan rencana penyelamatan-Nya (Ef. 1:9-10) yang akan digenapkan-Nya pada kedatangan Yesus kembali (1 Kor. 15:22-25; Ibr. 9:28). Dalam menyongsong penggenapan rencana penyelamatan Allah itu, menuju kegenapan janji Allah akan langit baru dan bumi baru di dalam Kerajaan-Nya (Why. 21:5), orang-orang percaya sebagai manusia baru dipanggil untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik sebagai ungkapan syukur atas keselamatan yang dianugerahkan Kristus (2 Ptr. 3:14; Kol. 1:17; 3:15-17), dengan memberitakan keselamatan yang disediakan Allah kepada segala makhluk (Mrk. 16:15) yang mencakup seluruh segi kehidupan manusia di atas muka bumi ini (Luk. 4:18-19). Dalam hubungan dengan itu, orang-orang percaya dipanggil untuk bekerja sama dengan semua orang yang berkemauan baik, dari segala go- longan dan lapisan masyarakat dalam segala hal yang membawakan kebaikan bagi semua orang, dengan sikap rendah hati dan selalu menguji segala roh (1 Tes. 5:13-15; 1 Yoh. 4:1).

13. Dalam penantian penggenapan rencana penyelamatan Allah itu, Allah menetapkan pemerintah sebagai hamba-Nya yang dilengkapi dengan wewenang untuk memuji perbuatan baik dan menghukum perbuatan yang jahat (Rm. 13:1-7; 1 Ptr. 2:13-14). Oleh karena itu, gereja yaitu persekutuan orang-orang yang telah dibarui di dalam Kristus, dipanggil untuk mendoakan dan membantu pemerintah dalam menjalankan tugasnya sebagai hamba Allah demi kebaikan semua orang (1 Tim. 2:1-2; bnd Yer.29:7).  Tetapi  pemerintah  dapat  pula  menyalahgunakan  kuasa yang ada padanya (Why. 13). Oleh sebab itu gereja pun dipanggil untuk senantiasa siap sedia melaksanakan tugas kenabiannya dengan mendoakan dan membantu pemerintah agar pemerintah tidak menyalah-gunakan kuasa yang diberikan Allah kepadanya (Mzm. 58:2-3; Yes. 1:16-17; Mi. 6:8). Apabila pemerintah melampaui batas kekuasaannya dengan menuntut sesuatu yang hanya  dapat  diberikan  kepada  Allah  (Mat.  22:21;  Mrk.  12:17; Luk. 20:25), maka orang-orang percaya ”harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia” (Kis. 5:29).

14. Dalam penantian penggenapan rencana penyelamatan Allah itu, orang-orang percaya terpanggil untuk mendoakan dan ikut ber- usaha agar segala bentuk kekuasaan lainnya, seperti kuasa keagamaan,   kebangsaan,   ideologi,   politik,   sosial,   ekonomi, militer,    adat    dan    kebudayaan,    ilmu    dan    teknologi,    dan sebagainya yang ikut mempengaruhi perikehidupan masyarakat, dikembangkan dan digunakan untuk kebaikan semua orang dan dipertanggungjawabkan kepada Allah sumber segala kuasa, dan kepada semua orang yang perikehidupannya dipengaruhi oleh penggunaan kuasa-kuasa itu.

BAB V

KERAJAAN ALLAH DAN HIDUP BARU

Kami percaya bahwa:

15. Karya penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus terhadap dunia dan isinya bersifat menyeluruh. Hal itu dinyatakan dengan kehadiran Kerajaan Allah (Mrk. 1:15) yang akan mendapatkan pemenuhan dalam ”langit baru dan bumi baru” (2 Ptr. 3:13; Why. 21:1). Kerajaan Allah itu adalah kuasa dan pemerintahan Allah yang  menyelamatkan,  yang  tampak  dan  berwujud  di  dalam lingkungan dan suasana hidup yang di dalamnya terdapat kasih, kebenaran, keadilan, damai sejahtera, kesukacitaan, pemulihan dan pembaruan hidup (Mzm. 145:11-13; Mat. 9:35; Luk. 4:21; 4:43; Rm. 14:7; 1 Kor. 4:20).

16. Kerajaan  Allah  itu  sudah  datang  dan  menjadi  nyata  dalam kehidupan dunia dan umat manusia dengan kedatangan Yesus Kristus, Raja dan Juruselamat dunia (Mrk. 1:15). Walaupun demikian, penyataan Allah secara penuh baru akan terjadi ketika ”dalam nama Yesus bertekuk lutut, segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi, dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah, Bapa”  (Flp. 2:10-11). Oleh karena itu, gereja dan orang-orang percaya mendoakan  dan  menyongsong penggenapan  Kerajaan Allah itu dengan secara tekun bekerja menegakkan tanda-tanda Kerajaan Allah di dalam kehidupan sehari-hari (Mat. 6:10, 33; 25:1-46).

17. Dalam  rangka penggenapan Kerajaan Allah itu, gereja sebagai persekutuan orang percaya dan setiap warganya dipanggil untuk menjalankan suatu kehidupan baru sesuai dengan tuntutan Kerajaan Allah (Mrk. 1:15; Ef. 4:11; 2 Ptr. 1:10-11). Hidup yang berpadanan dengan tuntutan Kerajaan Allah adalah hidup yang dipimpin oleh Roh Allah yang kudus yang membuahkan kasih, sukacita, damai sejahtera, keadilan dan kebenaran ([Ef. 5:3 dst.]; Gal. 5:21). Sebagai warga Kerajaan Allah, orang-orang percaya tahan uji di dalam menghadapi segala tantangan, penganiayaan, penderitaan, karena pengharapan di dalam Yesus Kristus akan penggenapan Kerajaan Allah (Kis. 14:22; 2 Tes. 1:3-5; 1 Ptr. 3:13-15). Gereja dan orang-orang percaya juga terpanggil untuk bersaksi dan memberitakan kedatangan Kerajaan Allah dengan tekun menjalankan pelayanan dalam kasih, kebenaran, keadilan dan damai sejahtera terhadap semua orang.

BAB VI GEREJA

Kami percaya bahwa:

18. Roh  Kudus  menghimpun  umat-Nya  dari  segala  bangsa,  suku, kaum,  dan  bahasa,  ke  dalam  suatu  persekutuan  yaitu  gereja, yang di dalamnya Kristus adalah Tuhan dan Kepala (Ef. 4:3-16; Why. 7:9). Roh Kudus juga telah memberi kuasa kepada gereja dan mengutusnya ke dalam dunia untuk menjadi saksi, memberitakan Injil Kerajaan Allah, kepada segala makhluk di semua tempat dan di sepanjang zaman (Kis. 1:8; Mrk. 16:15; Mat.28:19-20). Dengan demikian gereja  tidak hidup untuk dirinya sendiri. Sama seperti Kristus telah meninggalkan kemuliaan-Nya di sorga, mengosongkan diri dan menjadi manusia (Yoh. 1:14; Flp. 2:6-8), dan tergerak hati-Nya oleh sebab belas kasihan kepada  semua  orang  yang  sakit;  lelah  dan  terlantar  seperti domba tanpa gembala, demikian pulalah gereja dipanggil untuk selalu menyangkal diri dan mengorbankan kepentingannya sendiri, agar semua orang yang menderita karena pelbagai penyakit dan kelemahan yang merindukan kelepasan, dapat mengalami  pembebasan dan penyelamatan Allah dalam  Yesus Kristus (Mat. 9:35-38; Luk. 4:18-19). Dengan demikian, gereja dan warganya akan dapat menghayati dengan sungguh-sungguh makna dari baptisan dan perjamuan kudus yang senantiasa dilayankan bersama-sama dengan pemberitaan Firman Allah di tengah-tengah ibadah gereja sebagai tanda keberadaan dan kekudusannya.

19. Gereja ada di tengah-tengah dunia ini sebagai arak-arakan umat Allah (Kej. 12:3; Mzm. 84:8; Yes. 2:2-3; Ibr. 12:1; Kis. 1:8; 2 Kor. 2:14), yang terus bergerak menuju ke kepenuhan hidup di dalam Kerajaan Allah (Flp. 3:12-14). Ia dituntut untuk selalu terbuka kepada dunia ini, agar dunia ini terbuka kepada undangan Allah untuk turut serta di dalam arak-arakan orang percaya menuju pemenuhan   janji   Allah   akan   Kerajaan-Nya   di   dalam   Yesus Kristus  (1  Ptr.  2:9-10;  3:15-16).  Dengan  senantiasa  menguji setiap roh, apakah roh itu berasal dari Roh Allah (1 Yoh. 4:1). Gereja dipanggil untuk membina hubungan dan kerjasama dengan pemerintah dan semua pihak di dalam masyarakat untuk mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera bagi semua orang, dalam  rangka  mewujudkan  dan  mendirikan  tanda-tanda Kerajaan Allah menuju kesempur-naannya di dalam Yesus Kristus.

20. Gereja  ditempatkan  oleh  Tuhan  sendiri  untuk  melaksanakan tugas panggilannya dalam konteks sosial politik, ekonomi dan budaya tertentu. Demikianlah halnya gereja-gereja di Indonesia dipanggil dan ditempatkan oleh Tuhan sendiri untuk melaksanakan tugas panggilannya di tengah Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, dan berdaulat berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, yang diyakini sebagai anugerah dari Tuhan. Kehadiran gereja-gereja di Indonesia dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan tanda pengutusan Tuhan sendiri agar gereja-gereja secara aktif mengambil bagian dalam mewujudkan perdamaian, keadilan dan keutuhan ciptaan di Indonesia. Di samping itu, gereja  terpanggil  secara  aktif  dan  kreatif  mengambil  bagian dalam usaha mencegah segala hal yang merongrong dan me- rendahkan harkat dan martabat manusia Indonesia serta segala hal yang merusak lingkungan alam Indonesia. Tugas panggilan itu dilaksanakan melalui berbagai upaya pencegahan sekaligus upaya pembelaan dan penegakan hukum/keadilan bagi seluruh rakyat dan tanah tumpah darah Indonesia.

21. Gereja mengakui bahwa negara adalah alat dalam tangan Tuhan yang  bertujuan  untuk  menyejahterakan  manusia  dan memelihara ciptaan Allah. Oleh karena itu gereja dan negara harus bahu-membahu dalam mengusahakan penegakan keadilan dan mengusahakan kesejahteraan seluruh rakyat serta keutuhan ciptaan. Akan tetapi sebagai lembaga keagamaan yang otonom, gereja mengemban fungsi dan otoritas yang bebas dari pengaruh negara, dan sebaliknya gereja tidak berhak untuk mengatur kehidupan negara oleh karena negara mempunyai fungsi tersendiri   dalam   menjalankan   panggilannya   di   dunia   (Rm. 13:16-17; 1 Ptr. 2:13-14). Dengan demikian gereja dan negara harus membina hubungan yang koordinatif dan bukan hubungan subordinatif di mana yang satu menguasai yang lain. Gereja dan negara masing-masing mempunyai tugas panggilannya yang harus  dilaksanakan  dengan  penuh  tanggungjawab  untuk kebaikan seluruh manusia bahkan seluruh ciptaan. Gereja mempunyai kewajiban untuk menaati hukum negara, sebaliknya negara berkewajiban mengayomi dan melindungi seluruh rakyatnya, termasuk gereja agar leluasa dalam menjalankan fungsi dan panggilannya masing-masing (1 Ptr. 2:16).

22. Dalam hidup dan pelaksanaan tugas panggilannya, gereja yang terdiri dari orang-orang berdosa yang telah dibenarkan oleh anugerah  Allah  berdasarkan  iman  kepada  Yesus  Kristus  (Rm. 3:28),  selalu  memerlukan  pertobatan  dan  pembaruan  yang terus-menerus. Untuk itu ia senantiasa memerlukan kehadiran, pernyataan, bimbingan, pemeliharaan dan teguran Roh  Kudus yang terus-menerus membarui, membangun dan mempersatukannya  serta  yang  memberinya  kuasa  untuk menjadi saksi.

23. Allah  menjadikan  gereja  itu  sebagai  suatu  persekutuan  yang mengaku  satu  tubuh,  satu  Roh  dalam  ikatan damai  sejahtera, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua (Ef. 4:4-6). Dengan demikian gereja itu esa. Keesaan gereja bukanlah keesaaan menurut dunia, melainkan keesaan seperti keesaan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus (Yoh. 17:21-22). Maka keesaan itu tidak didasarkan pada kekuasaan  duniawi,  melainkan  pada  persekutuan  dan  kasih. Sebagai persekutuan kasih, gereja adalah keluarga dan kawan sekerja Allah (Ef. 2:19; 1 Kor. 3:9a) yang dituntut untuk hidup di dalam kasih, sehati sepikir, dalam satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri melainkan selalu berbuat untuk kepentingan orang lain juga, dan anggota yang satu mendukung anggota yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri (Flp. 2:1-4). Kristus menghendaki keesaan seperti itu (Ef. 4:3) yang merupakan suatu kesaksian kepada dunia ini agar dunia percaya bahwa sesungguhnya Yesus Kristus telah diutus oleh Allah (Yoh. 17:12-23) dan bahwa gereja telah beroleh mandat dari Yesus Kristus untuk memberitakan pendamaian dan penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus bagi dunia ini.

24. Persekutuan ini dikuduskan dalam kebenaran (Yoh. 17:17-19). Dengan  demikian  gereja  itu  kudus.  Pengudusan  itu  dilakukan oleh Kristus yang telah menguduskan diri-Nya bagi gereja (Yoh. 17:19) dan menguduskan gereja itu sebagai umat kepunyaan-Nya (Tit. 2:14; 1 Ptr. 2:9). Persekutuan yang dikuduskan itu diutus-Nya ke dalam dunia. Maka gereja itu ada di dunia tapi bukan dari dunia (Yoh. 17:14-18).

25. Persekutuan  ini  mencakup  semua  orang  percaya  dari  segala tempat   dan   sepanjang   zaman,   dan   mencakup   segala   suku, bangsa, kaum dan bahasa, dan dari pelbagai lapisan sosial yang dipersekutukan ke dalam tubuh Kristus yaitu gereja. Dengan demikian gereja itu am (Katolik). Sebagai persekutuan yang am, gereja tidak mengenal perbedaan-perbedaan ataupun pembatasan-pembatasan menurut kaidah-kaidah dunia ini (Gal. 3:28; 1 Kor. 11:7-12; Why. 7:9). Persekutuan baru ini mencakupi bangsa,  suku,  kaum  dan  bahasa,  orang  tua,  pemuda/remaja, anak-anak, laki-laki dan perempuan, penguasa dan rakyat jelata, yang  kaya  dan  yang  miskin;  yang cacat dan  yang sehat,  yang bodoh  dan  yang  pandai,  semuanya  diberi  tempat  oleh  Allah dalam persekutuan baru itu, semuanya dipanggil dan dilengkapi untuk menjadi saksi Injil Kerajaan Allah dalam Yesus Kristus di tengah-tengah dunia.

26. Persekutuan    ini    bertekun    dalam    dan    dibangun    di    atas pengajaran para rasul tentang Injil Yesus Kristus (Kis. 2:42; Ef. 2:20).  Dengan  demikian  gereja  itu  rasuli.  Persekutuan  yang rasuli itu terpanggil untuk memelihara ajaran para rasul itu (2 Tes.  3:6;  1  Tim.  1:3)  dan  dengan  senantiasa  memperhatikan tanda-tanda zaman meneruskannya kepada semua orang percaya di segala tempat dan di sepanjang zaman (Flp. 1:6; Kol.1:25).

27. Oleh  karena  itu  gereja  dan  orang-orang  percaya  laki-laki  dan perempuan di segala tempat dan di sepanjang zaman terpanggil untuk    mewujudkan    keesaan,    kekudusan,    keimanan    dan kerasulannya,   baik   dalam   kehadiran   gereja   secara   sendiri- sendiri maupun secara bersama-sama dalam pengamalan tugas panggilannya sehari-hari. Dengan demikian semua bentuk kehidupan gereja itu untuk menjadi saksi Yesus Kristus ke ujung bumi  adalah  ungkapan  dari  gereja  yang  esa,  kudus,  am,  dan rasuli.

BAB VII ALKITAB

Kami percaya bahwa:

28. Alkitab  yang  terdiri  dari  Kitab  Perjanjian  Lama  dan  Kitab Perjanjian Baru merupakan kesaksian yang menyeluruh mengenai Allah yang menyatakan diri, kehendak dan karya penciptaan, pemeliharaan dan penyelamatan-Nya kepada manusia, dan juga mengenai jawaban manusia terhadap-Nya. Kesaksian  yang  menyeluruh  ini  berpusat  pada  Yesus  Kristus ”Firman yang menjadi manusia” (Yoh. 1:14). Dengan demikian pemahaman  mengenai  isi  Alkitab  termasuk  pemahaman  atas bagian-bagiannya harus selalu dilihat sebagai satu kesatuan.

29. Kesaksian itu telah terjadi dengan kuasa dan bimbingan Allah sendiri melalui Roh Kudus yang menyertai dan mengilhami para penulis  Alkitab (2 Ptr. 1:21; 2 Tim. 3:16). Kesaksian itu telah menggunakan bentuk-bentuk dan unsur-unsur kemanusiaan dan kebudayaan pada lingkup sejarah tertentu, sehingga menampakkan adanya keterbatasan-keterbatasan tertentu; namun, kebenaran kesaksian Alkitab tersebut melampaui batas- batas ruang dan waktu. Oleh karena itu Alkitab adalah Firman.

30. Sebagai Firman Allah, Alkitab mempunyai kewibawaan tertinggi, dan  menjadi  ”pelita  pada  kaki  dan  terang  pada  jalan”  orang- orang   percaya   (Mzm.   119:105)   serta   menjadi   dasar   dan pedoman bagi perbuatan dan kehidupan orang beriman (2 Tim. 3:16-17). Oleh karena itu orang-orang percaya baik pribadi maupun  bersama-sama  harus  membacanya,  merenungkannya siang-malam   (Mzm.   1),   berusaha   dengan   sungguh-sungguh untuk memahami, menghayati dan melaksanakannya dengan benar dalam iman dan ketaatan kepada Allah dalam Kristus. Jadi Alkitab  itu  bukanlah  ajimat  atau  kitab  ramalan.  Sebagaimana Roh Kudus telah menyertai dan membimbing para penulis Alkitab, serta memimpin manusia untuk percaya kepada Yesus Kristus, maka pemahaman yang benar mengenai isi Alkitab serta penghayatan dan pelaksanaannya di dalam kehidupan sehari- hari juga hanya akan terjadi atas bimbingan Roh Kudus (1 Kor. 12:3; Yoh. 16:15; 2 Ptr. 1:20-21).