JANGAN MENYESATKAN

Minggu, 03 Oktober 2021  (Stola Hijau )

Bacaan Alkitab :  Markus 9 : 38 – 50

Tujuan :  Agar Jemaat Dapat Memahami Kehadirannya Yang membawa kehidupan bagi sesama.

Sidang Jemaat Kekasih Tuhan….

Bacaan kita saat ini Markus 9 : 38 – 50 terbagi dalam 2 bagian: Pertama, ayat 38 – 41 bercerita tentang pengusiran setan oleh seorang bukan murid Yesus. Kedua, ayat 42 – 50 bercerita tentang hal pengajaran sesat. Dalam bagian pertama diceritakan bahwa para  murid melihat ada orang lain yang mengusir setan dalam  nama Yesus, padahal orang itu tidak berada dalam lingkungan mereka. Karena itu para murid melarang orang itu untuk melakukan pengusiran setan dalam nama Yesus. Bagi para murid, hanya murid-murid Yesuslah yang berhak menggunakan nama Yesus untuk mengusir setan. Sedangkan orang yang berada di luar kelompok mereka tidak diperkenankan untuk melakukannya, karena kuasa tersebut hanya diberikan kepada mereka. Karena itu dapat kita pahami perkataan Yohanes kepada Tuhan Yesus dalam ayat 38 untuk mencegah nama Yesus digunakan secara sembarangan oleh orang lain untuk memperoleh keuntungan. Namun Tuhan Yesus memberi nasehat kepada para murid bagaimana mengenali kawan atau lawan. Tuhan Yesus berkata bahwa lingkaran pengikut Yesus tidak hanya terbatas pada mereka saja, tetapi justu akan sangat luas, “Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita” (ay. 40). Ini adalah suatu pernyataan yang memperlihatkan kepada para murid bahwa nanti dikemudian hari, orang akan melakukan mujizat dengan menggunakan nama Yesus, dan para murid tidak perlu kuatir akan hal itu dan mencegah orang lain melakukan hal tersebut. Dalam ayat 42 – 50 Tuhan Yesus memberi peringatan bahwa daripada melarang orang melakukan mujizat dalam nama-Nya, lebih berbahaya menyesatkan orang untuk mengikut Dia atau percaya akan kuasa-Nya. Sebab orang yang melakukan mujizat dalam nama-Nya, tentunya didasari pada keyakinan akan kuasa-Nya, meskipun ia tidak terbilang dari kumpulan para murid. Di sini kita juga dapat melihat akan panggilan kita sebagai pengikut Yesus untuk dapat menjadi garam yang mampu memberikan rasa dalam kehidupan. Sebagai pengikut Yesus, kita diminta untuk membawa dampak positif dalam kehidupan, yang terwujud dalam kehadiran kita  yang membawa damai sejahtera, sukacita, kebaikkan dll, bukannya kehadiran yang membawa perseteruan, kedengkian, iri hati dll. Setiap kita nantinya akan mempertanggung jawabkan perbuatan kita, apakah perbuatan kita itu membawa kehidupan bagi orang lain atau justru kematian? Jangan sampai kita tidak dapat masuk ke dalam kehidupan yang kekal, hanya karena ketidak mampuan kita untuk membawa orang lain pada kehidupan.

Dunia di mana kita berada dan hidup sekarang ini hamper bisa dikatakan sedang berada dalam situasi dan kondisi yang menunjukkan tanda-tanda kematian. Bahkan mungkin dapat dikatakan berada dalam kematian secara menyeluruh, lahir, batin, mental, spiritual, jiwa, rasa/perasaannya, pikirannya, kesadarannya, dst.  

Di tengah-tengah situasi dan kondisi yang demikian itu, gereja/orang Kristen dipanggil untuk hadir membawa tanda-tanda kehidupan, sehingga hidup dan kehidupan menjadi hidup secara menyeluruh. Kehadiran yang membawa tanda kehidupan, diwujudkan dengan:

  1. Menghormati hak dan pemikiran orang lain. Setiap orang punya hak untuk memikirkan sesuatu dan memikirkannya benar-benar sampai ia sendiri tiba pada kesimpulan dan keyakinannya sendiri. Jangan terlalu cepat memberikan penilaian terhadap sesuatu yang sebetulnya tidak kita mengerti. Jangan memandang enteng dan jangan menentang apa yang tidak kita mengerti.  
  2. Selalu harus ingat bahwa setiap ajaran atau kepercayaan pada akhirnya harus dinilai dari hasilnya: iman tanpa perbuatan adalah mati. Yang perlu selalu kita pertanyakan, bukanlah “bagaimana gereja ditata?” melainkan “Orang macam apakah yang dihasilkan oleh gereja?” Memberi pertolongan kepada yang membutuhkan. Perlu diperhatikan betapa sederhana pertolongan itu, yaitu hanya secangkir air. Kita tidak diminta untuk melakukan hal-hal di luar kekuatan kita. Kita diminta untuk memberikan hal-hal sederhana, hal-hal yang dapat diberikan oleh siapapun.   
  3. Tidak menyebabkan yang lemah tersandung. Sebab siapapun yang melakukannya pasti  pendapat hukuman yang berat, dikalungi batu kilangan yang  besar dan dimasukkan ke dalam laut, artinya sama sekali tidak mempunyai harapan untuk selamat.  
  4. Tidak mengajari orang lain untuk berbuat dosa. Berdosa adalah sesuatu yang mengerikan. Akan tetapi, lebih mengerikan lagi apabila seseorang mengajar orang lain untuk berbuat dosa. Allah bersikap keras terhadap orang bedosa, tetapi Ia akan bersikap tegas dan keras terhadap orang yang mempermudah orang menuju pada jalan dosa dan yang kelakuannya, entah sengaja atau tidak, menaruh batu sandungan di jalan orang yang lebih lemah.  
  5. Memberikan cita rasa baru dan gairah baru sama seperti yang dilakukan oleh garam terhadap makanan, kepada dunia yang telah dipenuhi oleh berbagai macam kelelahan dan kebosanan. Memberikan pengaruh yang membersihkan ke dalam dunia yang penuh dengan berbagai kebusukan.   
  6. Selalu mempunyai garam dalam diri kita dan selalu hidup berdamai seorang dengan yang lain. Garam  dalam ayat ini berarti “kemurnian”.  Hendaklah kita selalu memiliki pangaruh yang memurnikan dari Roh Kudus. Kita murnikan diri kita dari sifat mementingkan diri sendiri, dari kepahitan, dari amarah dan dendam kesumat. Kita bersihkan diri kita dari rasa mementingkan kepentingan sendiri dan memprovokasi orang lain. Hanya dengan demikian kita mampu hidup berdamai dengan sesama.

Semoga dengan kekuatan Roh Kudus kita dapat melaksanakannya. Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *