SIAPAKAH MANUSIA?

Minggu 10 Oktober (Stola Hijau)

Bacaan Alkitab :  Mazmur 8 : 1-10

Tujuan :  Agar Jemaat Memahami Siapa Kita Dihadapan Tuhan.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan….

Illustari : Ada seorang wanita senang sekali memiliki perhiasan imitasi yang sangat indah dan mulia, dan setiap orang yang melihatnya pasti tertarik dan tergiur ingin memiliki perhiasan tersebut. Tetapi apa yang terjadi setelah perhiasan tersebut diapakai dan kemudian disimpan di tempat yang sangat rahasia? Ternyata perhiasan tersebut lambat alun berubah menjadi sangat buruk dan sudah tidak menarik lagi. Akhirnya perhiasan itu dibuang dan dinjak-injak. 

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan….

Seringkali hal-hal yang terlihat mengagumkan membuat kita tak mampu merenung dan menemukan adanya sesuatu dibalik yang terlihat mengagumkan tersebut. Misalnya, ketika kita melihat berbagai kehebatan dan kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibuat manusia, maka mungkin saja kita tak mampu melihat ‘tokoh utama’ di balik semua yang hebat, canggih dan indah tersebut. Tentu saja hal ini menyebabkan kita lebih cenderung berpikir untuk memuji dan menghargai pembuat karya ilmu pengetahuan dan teknologi atau seni budaya tersebut. Tetapi jika kita mau sejenak berdiam diri dan merenungkan (melihat secara batiniah) segala proses kehidupan ini, maka kita akan menemukan (berjumpa) dengan ‘tokoh utama’ di balik semua yang terjadi ini, seperti apa yang dinyatakan dan diteladani pemazmur dalam bacaan kita pada hari ini.

Pemazmur menyatakan bahwa manusia telah dibuat hampir sama dengan ALLAH, serta telah dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat ( Ay. 6). Artinya bahwa kehidupan manusia semula diciptakan dalam keadaan sempurna, indah dan mulia. Hal ini terlihat dan terwujud melalui pemberian kuasa kepada manusia atas buatan tangan TUHAN yang lain. “ Segala-galanya telahTUHAN letakkan di bawah kaki manusia, yaitu: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang, serta burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan ( Ay. 7-9). Dalam hal ini sesungguhnya adalah pemberian kekuatan dan kemampuan untuk menatakelola kehidupan. 

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan….

Inilah kekaguman Pemazmur melihat kemuliaan Allah yang kemudian pemazmur membandingkan dirinya dengan keagungan alam semesta. Yang menarik dalam ayat 3: “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam”. Keterlibatan bayi dan anak-anak dalam mazmur ini sungguh menarik perhatian.  Mereka adalah mahluk-mahluk yang lemah. Namun demikian mereka adalah sosok-sosok manusia yang paling bersukacita. Tidak seperti kita, orang-orang dewasa yang sering dicekam rasa takut dan kuatir mengenai “musuh-musuh”  kita, misalnya: sakit-penyakit, kekurangan, ketidakberdayaan, dan penolakan.  Karena itulah kita diajak belajar dari bayi-bayi dan anak-anak yang masih enyusu.  Kendati adalah sosok-sosok manusia yang paling lemah, mereka tetap memancarkan kemuliaan Tuhan. Dan seperti bayi-bayi dan anak-anak yang masih menyusu, betapa kecil dan lemah manusia dibandingkan jagad raya.  Namun, justru melalui kesadaran seperti itu kita pun melihat betapa besar kasih-Nya kepada manusia.   

Ironisnya, kita justru menjadi mahluk yang paling sering dicekam oleh berbagai ketakutan dan kekuatiran.  Kita sering menganggap diri kita sebagai mahluk yang paling malang di bumi, bukan sebagai mahluk yang paling dikasihi Tuhan.  Itulah sebabnya kita sulit untuk berseru, “Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulia nama-Mu di seluruh bumi.”  

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan….

Tema hari ini adalah “ Siapakah Manusia ? “. Kalau pertanyaan itu diajukan kepada diri kita kita sendiri, kita bias bertanya “ Siapakah aku ini?”. Pertanyaan yang seungguhnya adalah “ Bagaimanakah Tuhan memandang manusia atau aku ? Apa kata Tuhan tetang manusia ? atau tentang aku “?. Kita adalah manusia yang diingat, diindahkan, dibuat mirip dengan diri-Nya, diberi kuasa, dimahkotai, diberi kemuliaan.  

TERNYATA MANUSIA INI BERHARGA ITU DI MATA TUHAN. Bagaimana berharga itu ?

Ilustrasi : Kalau saudara diberi uang Rp.100.000. Saudara mau atau tidak? Pasti Mau! Tetapi kalau uang itu remas-remas, apa masih masu terima? Masih Mau ? Pasti mau. Sekarang kalau uang yang sudah  diremas-remas ini ternyata jatuh di jalanan, terinjak sama orang, kena air hujan. Sekarang uang itu tidak hanya lecet tetapi juga  kotor. Apakah saudara masih mau ambil? Pasti mau! Kenapa tetap diambil? Karena letak keberhargaan uang itu bukan terletak pada fisik luarnya, tapi uang itu tetap berharga karena nilainya (Rp. 100.000) tidak akan hilang karena lecet atau fisiknya yang kotor. Allah tidak mengasihi kita karena kita berharga. Kita berharga karena Allah mengasihi kita.  (Tapi sayangnya, tidak semua orang bisa menyadari keberhargaan dirinya itu!)  

Seperti Daud yang menyadari betapa kecilnya manusia di hadapan Tuhan sang Pencipta. Manusia hanyalah butiran debu tapi menjadi buatan Allah yang berharga. Terlebih di dalam kasih Yesus Kristus, manusia yang telah rusak karena dosa dipulihkan menjadi berharga;, sangat berharga. Dalam kasih Kristus, manusia yang “lama”(berdosa) disucikan dan dikuduskan sehingga menjadi manusia yang “baru” (hidup dalam kasih karunia Allah).   Manusia yang hidup dalam kasih karunia Allah inilah  yang senantiasa menyatakan syukur kepada Allah. Sebab manusia yang kecil, debu adanya, telah dibuat berharga dimata Allah. 

Pembacaan Firman Tuhan bagi kita hari ini memberi pelajaran penting tentang status kita sebagai yang istimewa dan tanggung jawab kita kepada dunia. Kita harus menyadari bahwa hidup kita adalah cerminan kemuliaan Allah. Oleh karena itu, nyatakanlah hidup yang berkenan kepada Allah. Hidup yang semakin memancarkan kemuliaan dan keagungan Allah. Janganlah hidup dalam dosa yang  mencemarkan kemuliaan Allah. Hidup yang berkenan bagi Allah berarti kita tidak menjadikan pribadi kita sebagai pusat kehidupan. Tuhanlah yang menjadi pusat kehidupan.   Akhirnya, dengan sukacita karena kebaikan Tuhan, pemazmur mengakhiri dengan pujian: “Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi !” (ay. 10). Manusia hanya bisa melakukan satu hal sebagai ungkapan rasa syukur atas segala yang telah Allah lakukan, yaitu memuji dan memuliakan nama Tuhan. Jadi “ Siapakah Manusia ? : Kita adalah manusia yang diingat, diindahkan, dibuat mirip dengan diri-Nya, diberi kuasa, dimahkotai, diberi kemuliaan. AMIN. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *