JANGAN SELALU MEMUJI DIRI SENDIRI

Minggu, 31 Juli 2022 (Stola Hijau)

Bacaan Alkitab : Mazmur 49:1-16

Tujuan : Agar jemaat memahami bahwa memuji diri sendiri berujung pada
dosa

Bapak/Ibu/saudara(i) yang dikasihi Tuhan
Sebelum kita bahas bacaan kita, terlebih dulu kita akan simak sebuah cerita. Ada seorang guru sekolah minggu bernama Pak Habel. Ia mulai melayani sebagai guru sekolah minggu sejak usia 20 tahun dan ia melayani sampai usia 70 tahun. Setiap kali pertemuan dengan para guru sekolah minggu dipersidangan dia selalu mencerita- kan keberhasilannya dan berkata siapakah di antara kalian yang bisa menandingi saya? suatu ketika dalam pertemuan sidang para guru sekolah minggu dia kembali menceritakan keberhasilannya. Di akhir kisahnya dia meminta peserta untuk memberikan dia aplous/tepuk tangan, tetapi sayang sekali tidak ada satupun yang memuji dia apalagi bertepuk tangan. Akhirnya dia kecewa dan mengundurkan diri.

Bapak/Ibu/saudara(i) yang dikasihi Tuhan
Pada bacaan kita saat ini berisi tentang pengajaran yang sangat penting bagi Bani Korah dan bagi bangsa Israel pada umumnya. Bangsa Israel adalah bangsa yang sangat bangga dengan statusnya sebagai umat pilihan Allah. Sehingga kadang kala mereka lupa pemeliharaan Tuhan bagi mereka. Memuji diri sendiri adalah bagian dari penolakan terhadap kuasa dan pemberian Allah. Memuji diri adalah salah satu kesombongan yang ditentang oleh Allah. Di dalam bacaan kita terlihat jelas mengenai hal-hal yang selalu membuat manusia memuji diri sendiri:

Pertama; memuji diri karena kepandaian. Kepandaian adalah salah satu skil dan kemampuan pada satu bidang. Kepandaian adalah salah satu karunia yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia untuk memperlengkapi dalam menjalanai hidup. Pada dasarnya Tuhan memberikan kepandaian kepada manusia untuk tujuan yang baik untuk menyatakn bahwa Allah itu adalah maha kaya dengan segala kemahatauanNya dalam segala hal. Itulah sebabnya Ia ingin memperlegkapi umatnya dengan kepandaian. Tapi yang menjadi masalahnya adalah kerap kali manusia menggunakan kepandaiannya untuk kepentingan diri sendiri, misalkan memperdaya orang lain, menipu, korupsi, dan lain-lain. Kepintaran hanyalah bersifat sementara. Tuhan bisa mengambilnya kapan saja Ia mau. Entah itu lewat musibah, sakit penyakit yang membuat manusia lupa ingatan maka dengan sendirinya kepandaiannya akan hilang lenyap. Bacaan kita menjelaskan bahwa baik orang pandai orang berhikmat maupun orang bodoh dan dungu akan sama-sama mengalami kematian. Artinya sepandai-pandainya manusia pun tidak akan bisa menebus hidupnya. Hikmat manusia adalah karunia yang seharusnya di pakai untuk menata kehidupan agar lebih bijaksana dan berkenan kepada Tuhan. Jangan memuji diri karena kepandaian karena itu akan membawa kita pada dosa.

Kedua; memuji diri karena harta. Memiliki segalanya memang tidak salah, menjadi kaya itu bukan dosa. Tidak dapat di sangkali bahwa kadang kala harta membuat seorang menjadi lupa diri. Orang bisa saja menyangkal keluarga karna harta, menyangkal sahabat, mengendalikan orang lain dengan harta. Manusia memang butuh harta, oleh karena Tuhan tahu kita membutuhkannya, baik untuk pelayanan, untuk keperluan rumah tangga, keperluan anak sekolah, finansial dan banyak hal yang kita butuhkan. Tapi yang perlu kita pahami adalah ketika harta itu berada di tangan yang salah, maka orang itu akan di kendalikan oleh keinginannya. Tetapi jika harta itu berada di tangan orang yang benar maka harta itu akan berguna dengan sangat baik.

Ada seorang ibu yang menyerahkan seluruh hidupnya bagi pelayanan masyarakat di kalkuta India namanya “Aqnes Gonxha Bojaxhiu” (Bunda Teresa). Dia berkata bahwa jika engkau tidak bisa memberi makan seratus orang, berilah makan sepuluh orang, jika engkau tidak bisa memberi makan sepuluh orang, berilah makan satu orang. Artinya apa yang ada pada kita seharusnya bisa dipakai untuk menolong orang lain bukan untuk pamer diri. Karena apa yang kita punya hanyalah semnetara. Harta tidak akan kita bawa sampai mati. Yesus berkata dalam Markus 8:36 “apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya”. Karena itu selaku orang Kristen janganlah kita memuji diri dengan apa yang kita miliki. Tapi mengucap syukurlah kalau Tuhan mengijinkan kita memiliki segala sesuatu.

Ketiga; memuji diri karena perawakan (ay. 15). Perawakan adalah berbicara soal keindahan dan postur tubuh. Yaitu kecantikan dan ketampanan. Perawakan seringkali menjadi hal yang membuat seorang menyombongkan diri. Yehezkiel menjelaskan bahwa baik kelimpahan, kemewahan, maupun kemolekan, tidak akan ada yang tertinggal semuanya akan terhapus (bdk Yeh 7:11).

Bapak/Ibu/saudara(i) yang dikasihi Tuhan
Tuhan mengajarkan kita untuk selalu hidup dengan rendah hati. Apa yang kita peroleh adalah titipan dari Tuhan. Jika kita mampu mempergunakan dengan baik hal-hal yang kecil, maka Tuhan akan memberikan hal-hal yang lebih besar. Janganlah memuji diri sendiri karena itu akan mendatangkan dosa. Sebaliknya pujilah Allah karena segala perbuatan-Nya yang besar dan ajaib bagi umat-Nya. Maka ia akan mengangkat kita dan menuntun kita masuk dalam berkat Allah yang indah. Kiranya Allah Roh Kudus selalu menolong kita untuk hidup dalam kerendahan hati dan tidak memuji diri sendiri. Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *