KARAKTER YANG TIDAK DIKUASAI OLEH DOSA (Roma 5:12-19)

Minggu, 26 Februari (Stola Ungu) (Minggu Sengsara II)

Tujuan : Mendorong jemaat untuk me- mahami dan menjadi warga gereja yang benar serta tidak dikuasai dosa.

Bacaan hari ini dari Roma 5:12-19, mempersanding- kan dua figur, yakni Adam dan Kristus yang berhubungan dengan dosa dan anugerah. Adam adalah penyebab masuknya dosa ke dalam dunia. Dari Adam semua manusia menjadi berdosa. Karena Adam, maka maut menjadi berkuasa atas manusia. Sebaliknya karena satu orang yakni Yesus Kristus, kasih karunia Allah dilimpahkan. Melalui Yesus Kristus, ada anugerah, kebenaran hidup dan berkuasa. Rasul Paulus memberikan penjelasan bahwa karena pelanggaran/ketidaktaatan Adam; dosa, maut dan penghukuman menjalar kepada semua orang (ay. 12). Demikian sebaliknya, oleh karena kebenaran/ketaatan Yesus Kristus maka kasih karunia Allah dan anugerah kebenaran boleh dirasakan oleh semua orang (ay. 15)

Pergumulan manusia dengan dosa tidak akan pernah berakhir sekiranya manusia mengandalkan kekuatan dirinya saja. Hanya karena intervensi Allah (campur tangan Allah) yang dapat membebaskan manusia dari dosa. Di pihak lain, kehidupan dalam dosa seringkali sangat memikat. Dosa menampakkan wajahnya dengan cara yang menggoda sehingga siapapun dapat hanyut didalamnya. Tetapi segala hal yang memikat karena dosa
biasanya bersifat semu. Kesenangan yang tercipta karena dosa biasanya tidak langgeng. Bahkan selalu berakhir dengan penderitaan dan maut. Manusia tidak punya kekuatan yang penuh untuk melawan dosa. Manusia perlu ditolong. Hanya saja tidak ada kekuatan apapun di dunia ini yang mumpuni untuk menolong manusia. Surat Roma dengan tegas menyatakan bahwa dosa menjadi berlimpah karena manusia tidak sanggup memenuhi tuntutan hukun Taurat tetapi ada Kasih Karunia Allah di dalam Yesus Kristus yang membebaskan manusia dari maut karena dosa. KasihNya yang besar bagi manusia menjadikanNya rela berkorban bagi keselamatan seluruh manusia yang berdosa. Ketaatan Yesus Kristus kepada Sang Bapa memang telah nampak sejak awal karyaNya (Bnd. Mat. 4:1-11).

Demikianlah hendaknya kita semua sebagai para pengikut Tuhan Yesus Kristus. Meneladani sikap Yesus memang tidak mudah. Kita sadar bahwa tantangan, godaan dan cobaan senantiasa mengintai kehidupan kita. Kita diajak untuk belajar bahwa akibat dari ketidataatan sangatlah buruk. Maka marilah kita terus belajar firman Tuhan, belajar menjadi taat kepada firman itu dan jangan memberi peluang diskusi dengan si jahat yang tiada pernah lelah menggoda dan mencobai kita.

Sebagai pengingat bagi kita, ada sebuah kisah imajinatif yang demikian: Alkisah dalam surga, iblis tiba- tiba masuk dan bercakap-cakap dengan Tuhan:

Iblis : “Tuhan, aku pensiun saja dari dinas di dunia”
Tuhan : “Lho ada apa? Kok tiba-tiba mau pensiun? Tidak suka ya dengan pekerjaanmu?”
Iblis : “Dulu aku sangat suka dengan pekerjaanku, saya malah sangat menikmatinya. Tapi sekarang, belum juga aku berbuat apa-apa
manusia sudah lebih lihai melanggar kehendak-Mu. Di bagian itu sebenarnya aku masih senang-senang saja. Tapi, yang tidak bisa aku terima, manusia selalu menyalahkan aku: manusia berzinah gara-gara bisikan iblis, manusia mencuri karena perintah iblis, manusia korupsi, memakai narkoba, membunuh dan lain sebagainya, mereka katakan semua gara-gara aku (iblis)! Padahal nyatanya mereka memilih semuanya itu sendiri, untuk kesenangan pribadi!”
Tuhan : “hahahaha” (Tuhan nampak tertawa men- dengar keluh kesah iblis, tetapi di dalam hati- Nya bersedih melihat anak-anakNya di dunia).

Di masa-masa minggu sengsara ini, mari kita belajar untuk lebih mawas diri, menjaga sikap dan tutur kita serta bertanggung jawab atas tindakan yang kita perbuat. Godaan pasti selalu ada, namun mari kita tidak dengan mudah mengkambinghitamkan hal-hal yang ada di sekitar kita, sebab sebenarnya semua itu bergantung pada apa keputusan kita sebagai pilihan hidup kita. Dan yang lebih penting, mari kita memilih untuk tidak melukai hati Tuhan, seperti yang telah dilakukan Adam, melainkan sebaliknya, karena kita ini milik Kristus, mari kita meneladani kesetiaan-Nya serta kita memiliki karakter yang tidak mudah untuk dikuasai dosa. Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *