KASIH SETIA TUHAN ABADI

Ratapan 3:22-33

Minggu, 4 Juli 2021 (STOLA HIJAU)  

Tujuan:  Agar jemaat meyakini bahwa kasih setia Tuhan Abadi.

Ada seorang gadis ABG yang merasa jemu karena merasakan bahwa, kegiatannya sehari-hari selalu sama, tidak pernah ada sesuatu yang baru di dalam hidupnya.  Suatu pagi ketika ia berjalan-jalan di tamannya, ia menemukan sekuntum bunga mawar yang kemarin masih kuncup, sekarang telah menjadi bunga dengan kelopak-kelopaknya yang indah.  Pada saat itulah ia sadar bahwa hari ini tidak sama dengan hari kemarin.  Segera gadis ini teringat firman Tuhan yang terdapat di dalam Ratapan 3:22-23 “Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru setiap hari, besar kesetiaan-Mu.”

Hal yang sama sering keluar dari hati dan mulut kita. Kalau kita merasa terlalu lama dalam penderitaan, kesulitan dan pergumulan terus berlanjut, kalau kita terus mengalami kegagalan dalam pekerjaaan, pendidikan, usaha, keluarga, dan cita-cita; kalau kita melihat orang-orang jahat terus berkembang dengan kejahatannya, sementara orang-orang lemah terus menjerit dari tengah pergumulan hidupnya. Kalau kita menyaksikan orang-orang jahat ternyata semakin sukses, sementara kita atau orang-orang yang berusaha hidup dalam kejujuran, kebenaran, keadilan dan kesetiaan, nampaknya justru tidak berhasil. Kalau kita sudah berjuang dengan segala kemampuan dan dalam waktu yang lama, namun apa yang kita cari tak kunjung tiba dan sebagainya. Dari tengah-tengah suasana demikian lahirlah jeritan ketidaksabaran.

Kitab Ratapan berisikan tentang ungkapan kesedihan nabi Yeremia atas kerusakan Yerusalem secara tragis. Kesedihan Yeremia digambarkan bagaikan seorang yang meratap pada saat penguburan kerabat dekat yang mati secara tragis. Yeremia mengakui bahwa tragedi yang menimpa Yerusalem merupakan akibat dari pemberontakan pemimpin dan penduduk Yerusalem itu sendiri sehingga murka Allah dinyatakan atas mereka. Tetapi didalam situasi seperti itu “kasih setia Tuhan” menjadi titik pijak bagi nabi Yeremia untuk selalu berpengharapan pada Tujan. Nabi Yeremia memahami, jauh lebih baik hidup dalam pengharapan daripada terus menerus hidup dalam keputusasaan. Meskipun kondisi pada saat itu berada dalam keterpurukan, namun Yeremia megajak umat tetap melihat ke masa depan yang penuh harapan. Ia mengajak umat untuk tetap berharap dan mencari Tuhan di dalam penderitaan mereka (ay. 25-26).

Di balik ratapan kesedihan, Yeremia juga mengakui bahwa Allah benar dan adil dalam segala jalan-jalan-Nya dan Allah juga murah hati serta berbelas kasihan kepada setiap orang yang berharap kepadaNya. Kesadaran tentang kebaikan Allah ini yang menjadi penghiburan yang teguh, bahkan tatkala dunia ini seakan luruh dan runtuh. Sebab tidak untuk selama-lamanya Allah mengucilkan umat-Nya (31).

Seringkali kita gagal melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang Tuhan telah berikan, hal itu terjadi karena sebelum berjuang, kita terlebih dahulu menjadi lemah karena situasi lingkungan yang ada di sekeliling kita, kita dikalahkan oleh situasi yang menjadikan kita tidak berdaya.  Kita selalu menginginkan situasi, posisi, dan lingkungan yang sesuai dengan selera kita. Sikap seperti inilah yang akhirnya membuat kita menjadi berat hati,dan dengan terpaksa memenuhi tugas kewajiban kita, itulah sebabnya kita menjadi gampang lelah, jenuh dan kehilangan sukacita yang telah dianugerahkan Tuhan.

Orang yang berharap kepada Tuhan harus siap dan sabar dalam menghadapi segala sesuatu. Baik itu ketika menghadapi kesusahan dan beban penderitaan dalam kehidupan. Sebab dalam kondisi demikianlah sebenarnya kesetiaan manusia itu di uji. Ketika penderitaan datang hendaklah kita berdiam diri (ay. 28), tetapi bukan berarti pasrah, tetapi maksudnya tidak bersungut-sungut, itulah yang Tuhan kehendaki. Lewat penderitaan manusia, Allah pun menginginkan pertobatan. Oleh karena itu, Yeremia mengingatkan bahwa kesusahan dan penderitaan bukanlah akhir dari kehidupan manusia, walaupun Allah menghukum tapi tidak untuk selama-lamanya. Walaupun Allah mengizinkan penderitaan dan kesusahan karena dosa manusia, tetapi dibalik itu Allah juga menyayangi menurut kebesaran Kasih-Nya (ay. 32)

Pandemi covid 19 saat ini masih menghantui kita umat manusia di seluruh bumi. Beribu-ribu pertanyaan berkecamuk di benak kita. Kapan kah situasi ini akan berakhir? kita pun tidak mampu meraba-raba apa yang bakal terjadi di dalam kehidupan kita, memang seringkali yang terjadi bukanlah hal-hal yang kita inginkan/pilih, namun ada satu hal yang dapat kita yakini bahwa kasih setia Tuhan abadi. Amin. (el)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *