MEMANDANG TUHAN YANG MENGASIHANI KITA

Bahan Bacaan: Mazmur 123:1-4

Minggu, 11 Juli 2021 (STOLA HIJAU)

Tujuan:  Agar jemaat tetap setia hidup bersama Tuhan meskipun dalam pergumulan.

Saudara-saudara ……….

Salah satu tantangan dalam kehidupan manusia adalah ketika menghadapi penghinaan dan cemooh dari sesama kita. Apalagi jika penghinaan datang dari orang-orang yang merasa berpengaruh dan merasa kuat dalam komunitas dan masyarakat. Dalam situasi seperti itu, kita tidak berdaya dan sangat terhina yang pada akhirnya, membuat kita merasa kerdil dan berputus asa karena tidak punya kekuatan untuk membalas. Sebagai contoh; sebagai umat Tuhan kita biasanya menghadapi penghinaan dan cemooh dari orang-orang yang merasa lebih suci dan benar. atau biasa terjadi karena status sosial, pendidikan atau karena kekayaan orang-orang yang merasa lebih kuat menghina dan menyepelekan orang-orang yang dianggap tidak memiliki pengaruh apa-apa karena status sosialnya. Seseorang bisa merasa dihina karena sejumlah alas an, yaitu:: Dihina dan dicemooh karena diskriminasi ras, kebangsaan, atau gender. Dihina karena bertentangan pilihan politik. Ada juga yang merasa bahwa orang lain memandang mereka rendah karena kemiskinan atau kurangnya pendidikan atau kecacatan, dan masih banyak alasan lain.

Jika terjadi demikian dalam kehidupan kita, hal itu perlu kita pandang sebagai dinamika kehidupan yang memberikan kita kesempatan untuk semakin dewasa dalam kehidupan dan dalam iman kepada Allah. Namun, tidak dapat kita sangkali bahwa ketika kita menghadapi tantangan seperti itu, jika terjadi berulang-ulang akan membuat kita bosan yang berujung pada kemarahan.

Saudara-saudara ……….

Mazmur 123 memberikan gambaran tentang bagaimana menghadapi penghinaan dan cemooh dari orang-orang fasik dan sombong. Dalam Mazmur ini, Pemazmur meminta pertolongan Tuhan, karena banyak menerima penghinaan, Pemazmur (atas nama umat Tuhan) memohon belas kasihan Tuhan, agar Tuhan melepaskan mereka dari penghinaan yang mereka alami. Namun demikian, Pemazmur tidak memohon agar Tuhan menghukum para penghina, hal ini terjadi karena, Pemazmur menempatkan dirinya dalam ketidak-berdayaan dan hanya mengharapkan pertolongan Tuhan serta tidak terfokus pada para penghina tetapi lebih terfokus pada perubahan yang dilakukan Tuhan. Dalam ketidak-berdayaannya Pemazmur dan umat Tuhan, mereka hanya menantikan keputusan Tuhan untuk membebaskan mereka. Hal ini dapat kita pahami bahwa umat Tuhan sangat tergantung kepada keputusan Alah sendiri dan mereka tidak mau mengendalikan Tuhan karena kekesalan dan kemarahan mereka terhadap penghina.

Ayat satu dan dua menggambarkan hubungan Pemazmur dengan Allah, hal itu menjadi dasar bagi Pemazmur untuk menaikkan doa permohonan di ayat tiga. Para pengejek disebut dalam ayat empat sebagai orang sombong. Mazmur 123 adalah mazmur tentang menanti atau mengharapkan belas kasihan. Tema khotbah saat ini “Memandang Tuhan yang mengasihani kita”. Tema ini mendorong kita untuk melihat ke atas. Jika kita selalu melihat ke bawah, kita tidak memandang Tuhan maka kita tidak akan jauh berjalan dalam hidup ini. Namun saat kita melihat ke atas dan mengandalkan Tuhan maka kita akan menemukan kekuatan untuk menghadapi masalah yang kita alami dan sanggup berjalan lebih jauh ke masa depan.

Martin Luther menyebut mazmur ini dengan “rintihan hati yang terluka.” Mazmur 123 mendorong kita untuk memandang Tuhan dan menyerahkan diri kita kepada-Nya. Artinya kitamenempatkan diri kita di dalam tangan-Nya dan percaya pada-Nya untuk melakukan yang terbaik.

Saudara-saudara ……….

Jadi, arti kita memandang Tuhan untuk menerima belas kasihan-Nya pada saat kita tertekan dengan pergumulan, menurut Mazmur 123 berarti:  1) Kita melihat Tuhan sebagai sumber keselamatan. 2) memandang Tuhan dengan penuh pengharapan dalam kerendahan hati. 3) memandang Tuhan sebagai Juruselamat dan Gembala Agung yang akan berkarya dalam kehidupan kita. Mazmur 123 adalah seruan seseorang yang tidak memiliki kekuatan apa-apa selain doa. Ketika kita berada dalam pergumulan karena penghinaan atas diri kita, jangan putus asa tetapi pandanglah Tuhan. Jangan menempatkan diri kita dalam maslah yang lebih besar yakni dengan berupaya membalas sakit hati, Tetapi pandanglah Tuhan untuk belas kasihan. Akui ketergantungan kita secara penuh pada Tuhan dalam segala hal. Kita harus yakin bahwa Allah adalah Allah yang setia, Tuhan akan selalu memberikan kekuatan dan semangat bagi kita dalam menjalani kehidupa, khususnya ketika kita mengalami pergumulan hidup. Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita, kesetiaan-Nya bersifat kekal. Mari kita terus berjalan bersama Tuhan. Amin. (frd).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *