KEHIDUPAN YANG MEMANCARKAN KASIH KRISTUS

Minggu, 4 September 2022 (Stola Hijau)

Bacaan Alkitab : Filemon 1:4-21

Tujuan : Agar jemaat hidup berdasarkan Kasih Kristus kepada sesamanya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan
Sebuah pepatah lama berkata seperti ini, “pembalasan lebih kejam dari pada pebuatan”. Memang, pada kenyataannya pepatah ini kadang menjadi sebuah fakta yang nyata, bahkan sering kali kita saksikan melalui berita-berita kriminal, sosmed dan media massa. Adanya tindakan-tindakan kriminal yang dilakukan oleh sese- orang ataupun sekelompok orang dengan alasan balas dendam. Apakah dengan tindakan balas dendam semua masalah akan selesai? Apakah tindakan tersebut sebagai salah satu cara untuk mendapatkan keadilan? Lalu bagaimana orang percaya menyikapi hal tersebut, dipandang dari iman Kristen?

Bahagian firman Tuhan yang datang di tengah persekutuan kita saat ini dari surat Filemon 1:4-21 memuat kisah dari orang-orang yang mengalami per- sekutuan, perjumpaan dengan Kristus, sekaligus ujian iman sebagai bentuk kesaksian dari pengikut Kristus yang setia. Surat Filemon di tulis oleh Rasul Paulus, yang saat itu sedang berada di penjara, menjadi tahanan rumah di Roma. Surat ini merupakan surat terpendek dari semua surat-suratnya, dan tergolong unik, dan juga merupakan paling pribadi. Apa sebenarnya yang mau disampaikan oleh Paulus melalui suratnya, adakah hal yang begitu penting dan menjadi acuan bagi kehidupan bersama sebagai persekutuan tubuh Kristus?

Dalam ayat 4 bacaan kita, Rasul Paulus mengucap syukur kepada Allah setiap kali dia mengingat Filemon. Dari ayat ini kita dapat melihat ke dekatan Paulus dengan Filemon. Filemon dahulu pernah bekerja bersama Paulus, dan Paulus menyebutnya sebagai teman yang terkasih (pasal 1:1). Siapakah Filemon dimata Paulus? Bagi Paulus, Filemon dikenal sebagai pengikut Yesus yang setia dan sangat mengasihi jemaat Allah (ay. 5-7). Paulus memuji Filemon karena kasih yang telah dia perlihatkan kepada semua orang kudus, dan tentang imannya kepada Tuhan Yesus. Jika demikian Filemon dimata Paulus, maka apa yang kembali menjadi penekanan Paulus dalam ayat selanjutnya bacaan kita. Paulus memaparkan permintaan/ permohonan kepada Filemon terkait dengan Onesimus. Siapakah Onesimus? Dia adalah seorang budak yang melarikan diri dari rumah tuannya yaitu Filemon yang tinggal di kota Kolose. Onesimus dalam suatu kesempatan telah mengambil sesuatu, dari kepunyaan tuannya, sehingga dia melarikan diri, dan akhirnya bertemu dengan Rasul Paulus dipenjara. Tidak ada kesan bahwa Filemon mengejar/memburu Onesimus. Perjumpaan Onesimus dan Paulus ternyata membawa sebuah perubahan dalam kehidupan Onesimus. Onesimus mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Kristus, dan sesuai dengan arti namanya “Onesimus” yang artinya “berguna”, menjadi nyata ketika hidupnya mengalami pemulihan di dalam Tuhan. Bahkan Paulus menyebutnya sebagai anakku/ buah hatiku (ay. 11-12). Begitu dekatnya hubungan Paulus dan Onesimus sehingga dia menyebutnya sebagai buah hatiku, ini adalah buah dari pem- beritaan injil selama Paulus dipenjara. Olehnya itu Paulus menyampaikan permintaan dan permohonan terkait dengan Onesimus yang ada bersama-sama dengan dia, sejak pelariannya meninggalkan Filemon tuannya. Paulus menyampaikan kepada Filemon:

  • Bahwa Paulus akan mengirim kembali Onesimus, budaknya yang melarikan diri dari rumah Filemon
  • Bahwa Paulus berharap Filemon mau menerima Onesimus kembali, bukan sebagai budak, melainkan sebagai saudara seiman yang terkasih.
  • Bahwa Paulus juga menawarkan diri untuk mengembalikan segala sesuatu yang telah diambil oleh Onesimus dari rumah tuannya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan
Siapa Onesimus dimata Paulus sebelum berjumpa dengan Paulus, Onesimus adalah seoran budak, yang bekerja pada tuannya Filemon, dia akhirnya melarikan diri dari rumah tuannya karena telah mengambil kepunyaan tuannya. Tetapi rupanya apa yang terjadi pada kisah ini, memperlihatkan kepada kita, bahwa Allah punya maksud dan tujuan di balik peristiwa yang terjadi, baik untuk Filemon, Onesimus, Rasul Paulus bahkan untuk semua pengikutnya.

Seorang penulis dan penyair asal Irlandia, Oscar Wilde pernah berkata “setiap orang suci memiliki masa lalu, dan setiap orang berdosa memiliki masa depan”. Rasul Paulus, memperkenalkan dirinya khususnya dalam bacaan kita ini dalam ayat 1: sebagai seorang hukuman, seorang yang dipenjarakan karena Injil Kristus. Dari dalam penjara sekalipun Dia tetap setia menyaksikan dan mewartakan Injil Kristus, termasuk kepada Onesimus yang telah dianggapnya sebagai anak/ buah hatinya. Onesimus yang dulunya memiliki masa lalu yang kelam, tapi ketika mendengar berita Injil, Dia mengalami pertobatan, dan Dia pun siap untuk kembali kepada Filemon yang pernah ditinggalkannya, dan Paulus pun memiliki keyakinan, bahwa Filemon yang dikenal sebagai seorang Kristen yang setia, pasti akan menerima Onesimus kembali sebagai saudara, bahkan akan memperlakukannya lebih dari apa yang Rasul Paulus minta. Itulah iman dan keyakinan Rasul Paulus.

Dari kisah yang dibahas dan dibaca ini, tentu kita dapat belajar beberapa hal terkait dengan kehidupan kita sebagai pengikut Kristus yang acapkali diperhadapkan dengan berbagai persoalan yang menuntut kita untuk bersikap sebagaimana yang Rasul Paulus lakukan. Bukankah tema kita berkata, kehidupan yang memancarkan kasih Kristus

  • Bagi Paulus, sebuah kasih berlaku bagi Onesimus, apabila Filemon menerima kembali Onesimus sebagai saudara yang terkasih dan bukan lagi sebaliknya sebagai budak
  • Perbuatan Onesimus di masa lalu yang telah merugikan tuannya, ditebus oleh Onesimus dengan kembali kepada tuannya sebagai seorang saudara, bahkan Rasul Paulus menjamin akan mengembalikan segala bentuk kerugian akibat perbuatan Onesimus di masa lalu.

Dalam hal ini, Rasul Paulus bertindak sebagai perantara dari peristiwa yang terjadi antara Onesimus dan Filemon. Perjumpaan Onesimus dan Kristus, melalui pelayanan Paulus, telah mengajarkan perubahan bahkan pertobatan dari Onesimus. Filemon pun sebagai pengikut Kristus yang setia mengalami ujian iman, sejauh mana ia mempraktekan kasih dan perihal mengampuni. Dari semua yang terjadi, kita pun bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa, melalui suratnya, Rasul Paulus mau mengajarkan baik kepada Filemon, Onesimus, dan juga kepada umat Allah, tentang sebuah hubungan yang dibangun berdasarkan kasih dan pengampunan. Bukankah ini yang telah diteladankan oleh Yesus Kristus kepada kita, agar supaya kita pun bisa menyatakan semua itu dalam hubungan kita dengan sesama, terutama dalam serangkaian perilaku yang mampu menempatkan sesuatu sesuai dengan porsi dan posisinya. Dalam hal tanggung jawab baik ditengah hidup sebagai keluarga, persekutuan ataupun ditengah hidup sebagai warga masyarakat, sehingga dalam prakteknya hidup dalam kasih dan memancarkan kasih dalam pengampunan yang telah dinyatakan oleh Kristus kepada kita manusia yang dikasihi-Nya. Terpujilah Kristus. Amin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *