KUASA KEBANGKITAN KRISTUS, MEMBANGUN PERSEKUTUAN YANG SALING MENGASIHI (Kisah Para Rasul 4:23-27)

Minggu, 7 April Stola Putih

Tujuan : Mendorong warga jemaat memaknai kebangkitan Kristus dengan membangun Persekutuan yang penuh kasih

Kehidupan jemaat mula-mula merupakan suatu persekutuan yang unik dan memiliki daya tarik tersendiri dibanding dengan persekutuan yang lain. Keunikan itu dalam banyak segi, antara lain: persekutuan itu dibangun atas dasar kasih oleh Roh Kudus, menembus dan melintasi berbagai dinding pemisah yang biasa memisahkan seorang dari yang lain atau kelompok yang satu dari yang lain, melampaui batas-batas pemisah dan memberi tempat dan perhatian yang sama kepada semua orang dan sebagainya. Mengapa demikian? Karena persekutuan jemaat bukan hasil usaha manusia melainkan oleh Yesus sendiri. Persekutuan itu bukan milik manusia atau para rasul, melainkan adalah milik Tuhan Yesus (Mat. 16 : 18), Yesus adalah kepalanya (Efs. 4:15). Tuhan Yesus melalui karya Roh Kudus memanggil manusia untuk percaya dan menerima penebusan serta memimpin pertumbuhan jemaat itu. Itulah sebabnya persekutuan jemaat mula-mula menjadi suatu persekutuan baru, yakni persekutuan dari orang- orang yang sudah dibaharui oleh Yesus, persekutuan orang yang sudah ditebus dan dikuduskan. Dengan demikian hubungan antara sesama juga menjadi hubungan yang baru, yakni hubungan dalam kasih, sebagai orang yang sama-sama hidup oleh kasih karunia Allah Hubungan itu bukan hasil usaha manusia melain- kan oleh kasih Allah. Persekutuan yang sungguh sangat dipengaruhi oleh semangat kebangkitan Kristus yang berkuasa mempersatukan dan memberikan semangat, sukacita dan spiritualitas yang utuh.

Bersama bertumbuh dan berbuah dalam pengajaran, persekutuan dan pelayanan. Apa yang sulit dilakukan dalam persekutuan biasa dapat dilakukan dengan mudah. Hal itu antara lain disebabkan tidak ada diantara mereka yang merasa lebih besar atau lebih berkuasa atas yang lain. Semua bersama-sama belajar dan saling melayani, tidak ada yang merasa lebih tinggi atau lebih rendah, tidak ada yang merasa lebih berjasa dari yang lain, tidak ada yang makanG puji sendiri dan lain sebagainya. Sebab yang paling berkuasa dan berjasa di dalam jemaat adalah Yesus sendiri, karena itu hanya Yesuslah yang patut dimuliakan dan dipuji.


Salah satu hal yang unik diantara mereka adalah setiap orang tidak hidup untuk dirinya sendiri. Hal itu dinyatakan melalui sikap: milikku adalah milik bersama, bukan berarti milikmu adalah milikku. Sikap demikian lahir dari keyakinan bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah pemberian Allah, milik Allah sendiri yang dipercayakan kepada kita, yang harus dipertanggung jawabkan bagi kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan sesama. Sikap: milikku adalah milik bersama menggambarkan ciri dan sifat saling memperhatikan kebutuhan sesama. Hal itu menggambarkan betapa dalamnya perhatian dan kepedulian terhadap sesama yang berkekurangan. Memang kita tidak hadir untuk diri sendiri melainkan untuk sesama. Tuhan memberi berkat dalam berbagai bentuk dan melalui berbagai saluran bukan untuk dinikmati sendiri melainkan untuk dinikmati bersama dengan orang yang ditempatkan Tuhan dalam perjalanan dan pelayanan kita. Itulah ciri khas persekutuan jemaat mula-mula yakni persekutuan yang saling melayani dalam kasih Yesus. Persekutuan dan cara hidup demikian menjadi kesaksian yang hidup dan menarik perhatian bagi banyak orang untuk bergabung memulikan Allah. Persekutuan itu dengan cepat berkembang, bertumbuh dan menembus dinding pemisah seperti budaya, adat istiadat, strata sosial, suku-suku bangsa dan berbagai jenis dinding pemisah.


Dalam kehidupan persekutuan kita tidak jarang ditemukan orang-orang yang sangat mengagumi tokoh- tokoh tertentu karena kelebihan tertentu, dianggap berhikmat, hebat dalam berkhotbah, orang yang hidup menurut aturan, dan orang yang sangat mrengutamakan hubungan pribadi dengan Kristus dan lain sebagainya. Tidak ada yang melarang dan dilarang melarang menghalangi, tetapi kalau kekristenan adalah karena hikmat manusia, kehebatan manusia, dan ibadah kita memuliakan manusia dan mengkultuskan manusia, itu yang salah. Hikmat dan pengetahuan manusia yang dianggap luar biasa, tidak ada gunanya kalau tidak menempatkan Kristus sebagai yang paling utama, sebagai pusat kehidupan. Semua tidak ada gunanya kalau tidak untuk memuliakan Tuhan, juga tidak ada gunanya kalau tidak mendorong tumbuhnya persekutuan yang dinamis, kreatif, sikap saling mengasihi karena kasih Allah dihormati, saling melayani, saling menopang dalam kasih dan Firman. Persekutuan dalam Kisah Para Rasul menekankan keanekaragaman karunia, potensi dalam jemaat, seperti dalam satu Tubuh ada banyak anggota tetapi tetap satu tubuh, dan semua anggotanya hidup dari satu kepala yakni Yesus. Perlu mengembangkan karunia yang berbeda-beda, tetapi kita harus mengembangkan satu hati, satu pikir, seia sekata, dan erat berhubungan dalam satu hal yakni dalam kasih Allah, dalam Kristus. Hidup kita dan kemampuan istimewa yang kita miliki mempunyai makna di dalam Kristus. Kesaksian dan pelayanan kita sering tidak didengar dan dilihat orang karena kita kerja sendiri-sendiri. Suara kenabian kita tidak kedengaran, sekalipun kita berteriak, karena kita berteriak sendiri-sendiri.


Harus diakui ketatnya persaingan dan sikap mementingkan diri sendiri dalam kehidupan kita sekarang. Sikap solidaritas dalam kasih nampaknya sulit diwujudkan. Bahkan yang sering terjadi justru sebalik- nya kita sering bersikap kasar terhadap orang lain yang sebenarnya sangat membutuhkan bantuan kita. Bahkan ada sebagian orang yang justru berusaha menggerogoti milik orang-orang lemah dengan berbagai cara. Sering ada orang hanya ingin dibantu orang lain tapi tidak rela membantu orang lain. Sering kita berusaha memperoleh bantuan dari jemaat lain tapi tidak rela kita membantu jemaat lain. Dalam rangka itulah kita perlu belajar dari jemaat mula-mula agar kita sungguh-sungguh bertumbuh dalam pengajaran Firman Tuhan, persekutuan dan saling melayani. Kita diutus ke dalam dunia untuk sesama dan untuk memuliakan Tuhan dengan hidup dan segala yang ada pada kita. Amin