KUASA KEBANGKITAN KRISTUS MENGGERAKKAN ORANG PERCAYA UNTUK HIDUP SEBAGAI ANAK-ANAK ALLAH (1 Yohanes 3:1-10)

Minggu, 14 April Stola Putih
Tujuan : Jemaat memahami bagaimana hidup sebagai anak-anak Allah

Bila kita memperhatikan proses metamorphosis (perubahan bentuk) ulat menjadi kupu-kupu, maka hal itu akan dimulai dari telur yang menjadi ulat, dan ulat yang terkadang menjijikkan akan menjadi kepompong, dan dari kepompong menjadi kupu-kupu yang indah. Dan kupu-kupu inilah yang membantu terjadinya penyerbu- kan pada tanaman. Demikian kehidupan kita di dalam Kristus harus mengalami perubahan dari sehari ke sehari dan harus menuju ke arah yang lebih baik. Pembaharuan yang kita alami menuju pada kebaikan dan kesempurnaan, sehingga menjadi berkat bagi orang lain.


Rasul Yohanes, di dalam bacaan kita hari ini (1Yoh.3:1-10) mengisahkan bagaimana kasih Allah yang telah mengangkat kita menjadi anak-anak Allah dan bagaimana hidup sebagai anak-anak Allah. Setelah memperlihatkan martabat para pengikut Kristus yang setia, bahwa mereka lahir dari Dia dan dengan demikian bersekutu erat dengan Allah, Rasul Yohanes di sini meluap dalam pemujaan terhadap anugerah yang merupakan sumber dari pemberian yang sedemikian menakjubkan itu (ay. 1). betapa besarnya kasih, betapa agungnya kasih, yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut, dan benar-benar dijadikan, anak- anak Allah. Dan dengan begitu Ia menganugerahkan
kepada mereka kuasa dan martabat sebagai anak-anak Allah. Sungguh suatu kasih yang penuh kerendahan diri dan menakjubkan dari Bapa yang kekal, bahwa makhluk seperti kita ini sampai dijadikan dan disebut sebagai anak-anak-Nya. Padahal kita ini yang secara kodrat merupakan pewaris dosa, kesalahan, dan kutukan Allah.


Bagaimana kita harus hidup sebagai anak-anak Allah? Atau apa yang harus kita lakukan sebagai anak- anak Allah?

Menjaga kesucian hidup (ay.3)

Rasul Yohanes menekankan kepada anak-anak Allah
supaya menjalankan kekudusan: Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepadaNya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci (ay. 3). Anak-anak Allah tahu bahwa Tuhan mereka adalah kudus dan suci. Hati dan mata-Nya sedemikian suci sehingga kecemaran dan kenajisan tidak diakui untuk berdiam bersama-sama dengan Dia. Maka dari itu, orang-orang yang berharap untuk hidup bersama-sama dengan Dia harus mengusahakan kesucian yang setinggi-tingginya mengatasi dunia, daging, dan dosa. Mereka harus bertumbuh dalam anugerah dan kekudusan. Mereka tahu bahwa Allah dan Bapa mereka adalah Yang Mahatinggi dan Kudus, bahwa seluruh perkumpulan mereka murni dan kudus, dan bahwa warisan mereka adalah warisan orang-orang kudus di dalam terang. Akan bertentangan dengan harapan yang demikian jika mereka memanjakan diri dalam dosa dan kecemaran. Oleh karena itu, sama seperti kita dikuduskan melalui iman, demikian pula kita harus dikuduskan melalui harapan. Dan pengharapan kita itu kita peroleh dalam kuasa kebangkitan Kristus.


Meninggalkan dosa (ay. 4 – 6, 8-9)

Kitab Kejadian menceritakan bahwa dosa diawali
oleh Adam dan Hawa, yang melanggar hukum Allah dengan memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang jahat dan yang baik (Kej. 3:9). Setiap orang yang melakukan dosa menjadi pribadi yang melanggar hukum Allah. Perjanjian baru membawa berita yang baru bahwa semua manusia keturunan Adam mewarisi dosa yang mendatangkan kematian. Namun, Yesus membawa hidup baru, karena Ia membawa pengampunan. Hidup baru ini adalah dibangkitkan dari kematian (1 Kor. 15:22-23). Dengan kematian Yesus, Allah menyingkirkan kuasa dosa (Rm.3:9). Yesus telah membayar lunas dan menebus kita dari kutuk dosa. Sehingga pada ayat 4-6, rasul Yohanes menegaskan bahwa siapa yang masih berbuat dosa sesungguhnya ia tidak mengenal Kristus dan danak iblis (ay. 8) tetapi bagi yang telah mengenal- Nya dan tinggal di dalam Dia, maka tidak melakukan dosa lagi karena benih ilahi ada dalam kita dan inilah yang disebut anak-anak Allah (ay. 9).

Hidup dalam kebenaran (ay. 7, 10)

Kata “kebenaran” dalam Bahasa Indonesia dimengerti sebagai keadaan yang cocok dengan hal yang sesungguhnya, sesuatu yang benar-benar ada, ataupun kejujuran. Karya Kristus merupakan dasar baru yang menentukan benar atau tidak benarnya manusia dihadapan Allah. Pada ayat 7 dan 10, rasul Yohanes meyatakan bahwa perbuatan yang benar itu bersumber pada watak yang benar dan merupakan bukti bahwa pelakunya adalah orang yang sudah mengenal Allah. Melakukan kebenaran adalah wujud kita meniru Kristus (ay. 7) dan itu juga harus terwujud dalam tindakan nyata yakni hidup dalam kasih persaudaraan (ay. 10).


Jadi, kedudukan kita sebagai anak-anak Allah menuntut prilaku tertentu, dan Yohanes menekankan 3 ciri-ciri khas anak-anak Allah. Apakah kita sudah memenuhi ciri-ciri tersebut atau belum? Bagi yang sudah jangan sombong tetapi mari tetap teguh pada ketiga hal itu dan bagi yang baru satu, dua, atau sama sekali belum selagimasih ada waktu dan kesempatan mari melakukannya sehingga kita benar-benar menjadi anak- anak Allah. Amin