YESYS KRISTUS SAKSI YANG SETIA

Minggu, 20 November 2022 (Stola Hijau)

Bacaan Alkitab : Lukas 23 :33-43

Tujuan : Agar jemaat memahami makna tentang kesetiaan Kristus

Sidang jemaat yang sama dikasihi Tuhan

Pembacaan kita saat ini, dalam Injil Lukas 23 :33-43, kita akan renungkan bersama-sama dibawah Tema: “Yesus Kristus Saksi yang Setia”. Tema ini memberi penegasan berdasarkan kebenaran iman kristen bahwa “Yesus Kristus adalah saksi yang setia, Tuhan dan juruselamat dunia”. Kesaksian dan kesetiaan Yesus Kristus ditampilkan dalam bingkai sejarah penyelamatan Allah secara universal (baca:Yuniversal), dimana Allah mewujudkan rencana karya penyelamatan yang bertumpu pada diri Yesus Kristus yang tersalib. Dengan demikian kita dapat memiliki pemahaman dan pengakuan iman, bahwa Yesus yang kita percaya, adalah Yesus yang menderita tersalib dan yang bangkit dari antara orang mati. Itu berarti bahwa, sejarah penyelamatan Allah di dalam diri Yesus Kristus, tidak hanya terbatas pada saksi yang setia, melainkan sekaligus menjadi inti dalam sejarah karya penyelamatan Allah. Dengan demikian kehidupan orang Kristen harus dimulai dengan pengakuan iman, bahwa Yesus Kristus itulah Tuhan dan Juruselamat.

Sidang jemaat yang sama dikasihi Tuhan
Peristiwa penyaliban Yesus Kristus yang dikisahkan dalam injil Lukas 23:33-43, memiliki pesan penting yang tidak hanya berbicara tentang pertobatan dan pengakuan iman seorang penjahat yang disalibkan bersama Yesus, tetapi juga berbicara tentang bagaimana kemenangan Yesus Kristus dinyatakan pada puncak penderitaan-Nya di atas kayu salib.
Pengakuan iman seorang penjahat disebelah Yesus yang bertobat, memperlihatkan sudut pandang yang berbeda dengan semua orang yang hadir pada saat penyaliban Yesus. Semua murid dan saudara-saudara Yesus serta para pemberontak melihat bahwa Yesus telah kalah dan dikalahkan di atas kayu salib serta tidak berdaya lagi membuktikan apa-apa tentang diri-Nya. Menurut mereka riwayat tentang Yesus Kristus telah berakhir di atas kayu salib. Tetapi ternyata seorang penjahat yang disalibkan bersama Yesus melihat hal yang berbeda, bahwa di atas kayu salib yang menjadi puncak penderitaan-Nya, justru kemenangan Yesus dinyatakan. Seorang penjahat itu menemukan sebuah harapan dalam sudut pandang yang benar pada salib, yang membuka dan menuntun hatinya kepada kerinduan untuk bertobat dan memohon: “Tuhan, ingatlah akan aku” (domine, memento mei), lalu Yesus menjawab : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus (ay.43). Yesus tidak menunggu saat kebangkitan-Nya tiba untuk menjawab permohonan penjahat itu, tetapi hari itu juga, dipastikan bahwa sang penjahat yang bertobat akan ada bersama Yesus di dalam Firdaus.

Sudut pandang Teologi Reformed dalam melihat penjahat ini, menyatakan bahwa ada monergisme dan sinergisme. Monergisme menyatakan bahwa keselamatan adalah 100% anugerah Tuhan dan tidak ada usaha manusia didalamnya. Namun didalam sinergisme, teologi Reformed juga menyatakan bahwa dalam keselamatan yang adalah 100% anugerah Allah, menuntut 100% respon atau tanggung jawab manusia. Injil Lukas menggambarkan bagaimana manusia yang percaya kepada Tuhan Yesus harus memberi respon di hadapan Allah. Penegasan itu terlihat dalam Lukas pasal 7, yang memuat kisah tentang perempuan yang membasuh kaki Yesus, perempuan yang sakit pendarahan, orang kusta, dan orang buta, yang dalam kesemuanya itu Yesus berkata : “imanmu telah menyelamatkan engkau”.

Sidang jemaat yang sama dikasihi Tuhan.
Dalam rangka menghayati tema renungan kita saat ini, berarti meneladani Yesus Kristus dalam ketaatan pada kehendak bapa-Nya sampai mati di kayu salib. Meneladani Kristus memang menghadapkan setiap orang percaya pada jalan yang sulit, karena menuntut pengorbanan dan kesediaan melawan arus, serta kecenderungan diri yang selalu ingin bebas dari penderitaan karena kebenaran. Namun, penderitaan Kristus sudah menjadi harga dari sebuah pilihan dan keputusan mengikut Kristus. Selama gereja terus berorientasi pada kesenangan dan kebanggaannya sendiri, selama itu juga gereja tidak akan sanggup menghadapkan wajahnya pada penderitaan demi penderitaan karena Kristus. Dan selama gereja terus terpikat oleh kemegahan dan kenikmatan sesaat, maka gereja itu belum layak bagi Kristus. Tentu kita tidak akan membiarkan kesempatan yang masih ada untuk mendengar secara benar panggilan Kristiani yang keluar dari ucapan Yesus, bahwa: “… Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” (Mat.16:24). Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *